Pages

Ads 468x60px

Monday, October 31, 2011

HAQ FITRI MANUSIA


Hak-hak fitrah manusia sebagaimana dirumuskan para fuqoha meliputi lima hal, yaitu:

1.Dien
2.Jiwa
3.Akal
4.Harga diri
5.Cinta

Secara fitri, manusia seperti juga makhluk-makhluk Alloh lainnya adalah dalam keadaan Islam, tunduk patuh pada aturan Khalik Rabbul’alamin. Jiwa yang bersih dan suci manusia berhak akan dienullah. Jiwa yang bersih dan suci condong pada kebenaran, hanif. Karenanya petunjuk tentang kebenaran, jalan yang lurus merupakan hak fitri manusia. Dalam jalan ini saja manusia akan sampai pada tujuannya (ridha Alloh). Karena tidaklah diciptakan manusia kecuali untuk menjadi hamba Alloh di bumi. Menjadi khlaifah, membesarkan dan menegakkan kalimat Alloh di bumi untuk beribadah. Hanya dalam jalan ini saja manusia akan dapat memainkan peran sebagaimana yang telah digariskan olah Khaliknya, Rabb manusia. Hanya dalam jalan ini saja manusia akan selamat dan mendapat kemenangan. Karenanya, manusia mempunyai hak akan jalan ini, dien ini, dan hak ini datang dari Penciptanya.

Tanpa dien, manusia akan kacau, tak terarah dan akan jatuh pada tingkat se-kualitas hewan. Tanpa dien, manusia akan saling menghambakan diri, saling meguasai. Karenanya, dien adalah hak fitri yang mesti ditegakkan dalam diri manusia, baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk social. Dan pembangunan tidak lain dari upaya menyiapkan apa-apa yang mesti disiapkan untuk menegakkan dienullah dalam kalbu manusia, untuk memberikan hak fitri manusia akan dien. Lengkapnya, pembangunan adalah proses menegakkan, menyuburkan, memelihara, dan mempertahankan dienullah, fitrah utama manusia dalam gelora kalbu insan.

Secara fitri, manusia berhak akan jiwa. Karenanya sangat besar dosa seorang muslim yang menumpahkan darah saudaranya. Tanpa jiwa, manusia tidak lagi berwujud manusia. Untuk memenuhi hak sekaligus kewajiban menjadi khalifah di bumi. Agar dapat mengabdi kepada Rabb untuk menegakkan risalah islam dalam dada manusia serta melaksanakan tindakan lain sebagai makhluk Alloh. Maka secara fitri, jiwa atau ruh adalah prasyarat dan hak bagi manusia. Jiwa demikian berharga bagi manusia dan menempati berharga ketimbang hidup dalam kekafiran tanpa dien. Dengan demikian, maka pembangunan mestilah memelihara, melindungi, dan mempertahankan agar jiwa ini tetap pekat dengan dienullah.

Secara fitri, manusia berhak akan akal. Tanpa akal, manusia tak akan lebih baik dari robot. Untuk dapat mengatasi berbagai persoalan sehubungan dengan pengabdian kepada Alloh, sehubungan dengan penegakan kalimah tauhid, dalam rangka pengibaran bendera Alloh di bumi, maka akal adalah alat, hak dan karunia Alloh yang besar bagi manusia. Dienullah sendiri adalah perintah dan petunjuk bagi manusia yang berakal. Hanya manusia yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi. Hanya orang –orang yang berakal saja yang akan mengetahui bahwa Islam adalah jalan hidup yang benar dan membawa keselamatan, sementara ajaran lain akan membawa penyesalan. Karenanya Islam menentang perusakan akal melalui alcohol dan narkotika. Islam pun menentang pendewaan akal, rasionalisme yang melecehkan dienullah. Islam pun menentang perusakan akal dalam makna intelektual, melalui pengembangan konsep-konsep yang bertentangan dan menentang dienullah.
Dengan demikian, pembangunan mestilah memelihara, melindungi, dan mempertahankan akal manusia sehingga kualitas ibadah/penghambaan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Pembangunan mestilah memberikan ilmu yang haq (al-qur’an) pada akal, dan hanya mengisi akal dengan ilmu yang shahih. Pembangunan mesti mengisi, melatih, dan memelihara akal manusia agar hasilnya adalah fikrah yang Islami. Pikiran yang membela Islam, membesarkan Islam bukan sebaliknya. Pembangunan yang demikian akan menangkal rembesan konsep-konsep thagut masuk ke dalam jiwa manusia muslim. Maka akal manusia akan optimal dalam pengabdian dan perjuangan di jalan Rabbnya.

Manusia secara fitri berhak akan keturunan yang baik. Keturunan yang shaleh akan membawa izzah (kebanggaan), harga diri. Karenanya pembangunan mestilah melindungi dan memelihara keturunan manusia sehingga regenerasi dapat berjalan dalam kebaikan atau malah meningkat. Pembangunan mesti menembus dimensi waktu, dan memperhatikan masa depan manusia melalui keturunannya. Karena melalui penerusan pada keturunan, dienullah dapat bersambung dan terpelihara. Bila tidak, maka Islam hanya akan jaya dalam satu periode saja, dienullah hanya berperan dalam satu masa saja, padahal Islam menembus dimensi waktu. Dan penghambaan kepada Rabb tidak berhenti sampai waktu yang ditetapkan oleh Rabb saja.

Seperti juga hak akan akal, manusia pun secara fitri berhak akan cinta; cinta kepada anak, istri, persaudaraan, materi. Alloh menumbuhkan rasa cinta ini dalam jiwa manusia. Melalui rasa cinta, setiap hubungan dapat berjalan dengan harmonis dan mesra, kewajiban pun dengan ringan dapat dilaksanakan. Cinta akan Alloh dan cinta akan jihad fii sabilillah sudah pasti tentu melandasi rasa cinta manusia. Dengan demikian, maka pembangunan pada hakikatnya adalah memelihara, memupuk, dan membentengi cinta dalam kalbu pelaksanaan tugas-tugas penghambaan kepada Alloh. Sehingg rasa cinta ini menempati posisi yang tepat.

Sampai di sini terlihat betapa Islam berbeda dalam menanggapi isu pembangunan. Karena Islam mempunyai konsep tersendiri, yakni pembangunan manusia, penegakkan fitrah manusiawi. Dengan demikian parameter untuk menilai keberhasilan pembangunan dalam Islam pun akan berbeda. Masalahnya adalah bagaimana mewujudkan semua ini. Kalau barat melirik Islam, kita tidak perlu percaya bahwa mereka akan menjadikan Islam sebagai konteks apalagi berbangga diri. Karena jelas Islam menganjurkan curiga dan berburuk sangka terhadap kaum yang kafir, Alloh Maha Tahu rahasia hati mereka. Penegakan Islam di bumi tidak mungkin diserahkan kepada Barat, tapi pada diri kita sendiri, pada umat sendiri. Selama kita masih mengambil konsep-konsep yang bukan khas diri, di luar jati diri, apalagi dengan hanya menjadikan Islam sebagai etika untuk kepentingan pembangunan umat, maka pembangunan itu hanyalah akan menjauhkan umat dari tujuannya: mencari ridha Alloh. Bukan hanya membawa keselamatan, namun membawa kemudharatan. Pembangunan bagi Islam hanyalah pembangunan manusia, pembangunan umat menegakkan khalifah Alloh di bumi. Menegakkan fitrah manusia dengan cara yang dicontohkan tauhid uswah, Rasululloh Muhammad SAW.

No comments:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text