Pages

Ads 468x60px

Featured Posts

Monday, July 16, 2012

AL-KHANSA BINTI AMRU Al-Khansa,lbu para syuhada.

Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka terus terang. Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia. Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata, “Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda.” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.’ Adi menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’ Rasuluilah SAW menukas, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thaiib.’ Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra. menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu bengkak-bengkak?’ Khansa menjawab, ‘Karena aku terialu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.” Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.’ Sahut Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atlas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’ Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melialui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkaniah lengan baju dan berangkatiah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.’ Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang matl-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia telah berkata, ‘Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggiiku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.’ Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah. (Wanita-wanita Sahabiyah)

Monday, October 31, 2011

RIDHA





























“ Tak ada pakasaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalasn yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha mendengar lagi Maha Mengetahui ” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 256).

Maka, kalau ada sekelompok manusia jahil yang karena kebodohannya tidak dapat melihat cahaya islam, manusia yang di dalam hatinya tumbuh penyakit dan bersikap memusuhi islam, memusuhi diennullah, yang berkata bahwa kebenaran islam ditegakkan hanyalah dengan pedang. Lalu menyebarkan perkataan mereka dengan suara parau dan riuh rendah, maka jawabnya tidak diperoleh dengan memeras banyak pikiran. Jawabnya sudah tersedia, yaitu hujjah yang dating dari Alloh yang Maha Tahu akan munculnya manusia sejenis itu dapat ditemui. Jawabannya telah dipersiapkan Alloh, jawaban yang tuntas, teramg dan tak meragukan bagi hati yang bersih.

“ Tak ada paksaan dalam urusan dien ini “

Tak ada paksaan untuk beriman atau tidak kepada Alloh. Alloh tidak membutukan keimanan manusia, apalagi kaimanan kaum munafik yang hanya beriman sebatas kata-kata. Keimanan seluruh penduduk bumi atau kekafiran mereka seluruhnya tak berpengaruh sedikitpun bagi eksistensi Alloh yang Berdiri Sendiri. Alloh tidak memerlukan keimanan manusia dan bersyarat kepadanya.
Tak ada paksaan untuk memasuki islam. Tak ada paksaan untuk mengimani Alloh atau mengingkari-Nya karena keimanan dan memilih mengikuti jalan hidup ini hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, ubtuk keselamatan mereka. Tidak ada untung atau rugi bagi Alloh akan sikap manusia, sikap apapun yang mereka tampilkan.

“ Barang siapa yang ingin beriman, maka berimanlah. Dan barang siapa yang ingin kufur, maka kufurlah “ (Q.S. Al-Kahfi, 18:29).

Tak ada paksaan dalam urusan dien ini. Tak ada paksaan untuk menerima atau menolak yang haq karena telah jelas antara yang haq dan dengan yang bathil. Telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Kejelasan ini adalah jelas bagi hati manusia, baik mereka akui atau mereka sembunyikan. Kebenaran adalah benar meski dinyatakan atau tidak, karena kebenara dapat menyatakan diri sendiri. Kebenaran tetap benar adanya meski sejuta orang menolaknya dan hanya satu orang ynag menerima. Kebenaran adalah benar tidak memandang didukung oleh minoritas atau mayoritas. Tidak berpengaruh kepada jumlah manusia yang menyuarakannya karena kebenaran adalah kebenaran. Sesuatu yang secara fitrah dimiliki manusia. Sesuatu yang memang telah ada sejak manusia pertama kali tercipta, dank arena manusia adalah makhluk hanif yang sejak semula beriman kepada Alloh.

“ Dan ingatlah tatkala Robb-mu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil persaksian terhadap jiwa mereka, ‘Bukankah Aku ini Robb-mu?’, mereka menjawab, ‘ya, kami bersaksi’ “ (Q.S. Al-‘Araf, 7:172).

Tak ada paksaan dalam urusan dien ini karena telah jelas kebenaran jalan hidup ini. Dan kebenaran itu akan membawa kebaikan bagi manusia. Sama sekali tak ada paksaan yang ada hanya kerelaan, suka hati dan penerimaan dengan perasaan senang, suatu keridhaan. Sambutan semarak atas ajakan yang menyelamatan. Sambutan hangat atas anugerah kebaikan. Inilah islam, dien yang mengagumkan.
Ridha, hanya ini warna tunggal penerimaan seorang muslim atas nikmat iman dan islam. Suatu perasaan yang bersumber pada rasa syukur dan menggumpal dalam bahagia. Ridha karena Alloh hanyalah meridhai dien ini dank arena telah diridhai-Nya pula dien ini untuk ditapaki kita, umat pilihan.

“ Alloh ridha terhapa mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang-orang yang takut kepada tuhannya “ (Q.S. Al-Bayyinah, 98:8).

Inilah sikap seorang muslim haqqa, menerima dengan ridha apa yang telah diridhai Tuhannya. Sikap seorang muslim yang berakhlak mulia.

HAQ FITRI MANUSIA


Hak-hak fitrah manusia sebagaimana dirumuskan para fuqoha meliputi lima hal, yaitu:

1.Dien
2.Jiwa
3.Akal
4.Harga diri
5.Cinta

Secara fitri, manusia seperti juga makhluk-makhluk Alloh lainnya adalah dalam keadaan Islam, tunduk patuh pada aturan Khalik Rabbul’alamin. Jiwa yang bersih dan suci manusia berhak akan dienullah. Jiwa yang bersih dan suci condong pada kebenaran, hanif. Karenanya petunjuk tentang kebenaran, jalan yang lurus merupakan hak fitri manusia. Dalam jalan ini saja manusia akan sampai pada tujuannya (ridha Alloh). Karena tidaklah diciptakan manusia kecuali untuk menjadi hamba Alloh di bumi. Menjadi khlaifah, membesarkan dan menegakkan kalimat Alloh di bumi untuk beribadah. Hanya dalam jalan ini saja manusia akan dapat memainkan peran sebagaimana yang telah digariskan olah Khaliknya, Rabb manusia. Hanya dalam jalan ini saja manusia akan selamat dan mendapat kemenangan. Karenanya, manusia mempunyai hak akan jalan ini, dien ini, dan hak ini datang dari Penciptanya.

Tanpa dien, manusia akan kacau, tak terarah dan akan jatuh pada tingkat se-kualitas hewan. Tanpa dien, manusia akan saling menghambakan diri, saling meguasai. Karenanya, dien adalah hak fitri yang mesti ditegakkan dalam diri manusia, baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk social. Dan pembangunan tidak lain dari upaya menyiapkan apa-apa yang mesti disiapkan untuk menegakkan dienullah dalam kalbu manusia, untuk memberikan hak fitri manusia akan dien. Lengkapnya, pembangunan adalah proses menegakkan, menyuburkan, memelihara, dan mempertahankan dienullah, fitrah utama manusia dalam gelora kalbu insan.

Secara fitri, manusia berhak akan jiwa. Karenanya sangat besar dosa seorang muslim yang menumpahkan darah saudaranya. Tanpa jiwa, manusia tidak lagi berwujud manusia. Untuk memenuhi hak sekaligus kewajiban menjadi khalifah di bumi. Agar dapat mengabdi kepada Rabb untuk menegakkan risalah islam dalam dada manusia serta melaksanakan tindakan lain sebagai makhluk Alloh. Maka secara fitri, jiwa atau ruh adalah prasyarat dan hak bagi manusia. Jiwa demikian berharga bagi manusia dan menempati berharga ketimbang hidup dalam kekafiran tanpa dien. Dengan demikian, maka pembangunan mestilah memelihara, melindungi, dan mempertahankan agar jiwa ini tetap pekat dengan dienullah.

Secara fitri, manusia berhak akan akal. Tanpa akal, manusia tak akan lebih baik dari robot. Untuk dapat mengatasi berbagai persoalan sehubungan dengan pengabdian kepada Alloh, sehubungan dengan penegakan kalimah tauhid, dalam rangka pengibaran bendera Alloh di bumi, maka akal adalah alat, hak dan karunia Alloh yang besar bagi manusia. Dienullah sendiri adalah perintah dan petunjuk bagi manusia yang berakal. Hanya manusia yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi. Hanya orang –orang yang berakal saja yang akan mengetahui bahwa Islam adalah jalan hidup yang benar dan membawa keselamatan, sementara ajaran lain akan membawa penyesalan. Karenanya Islam menentang perusakan akal melalui alcohol dan narkotika. Islam pun menentang pendewaan akal, rasionalisme yang melecehkan dienullah. Islam pun menentang perusakan akal dalam makna intelektual, melalui pengembangan konsep-konsep yang bertentangan dan menentang dienullah.
Dengan demikian, pembangunan mestilah memelihara, melindungi, dan mempertahankan akal manusia sehingga kualitas ibadah/penghambaan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Pembangunan mestilah memberikan ilmu yang haq (al-qur’an) pada akal, dan hanya mengisi akal dengan ilmu yang shahih. Pembangunan mesti mengisi, melatih, dan memelihara akal manusia agar hasilnya adalah fikrah yang Islami. Pikiran yang membela Islam, membesarkan Islam bukan sebaliknya. Pembangunan yang demikian akan menangkal rembesan konsep-konsep thagut masuk ke dalam jiwa manusia muslim. Maka akal manusia akan optimal dalam pengabdian dan perjuangan di jalan Rabbnya.

Manusia secara fitri berhak akan keturunan yang baik. Keturunan yang shaleh akan membawa izzah (kebanggaan), harga diri. Karenanya pembangunan mestilah melindungi dan memelihara keturunan manusia sehingga regenerasi dapat berjalan dalam kebaikan atau malah meningkat. Pembangunan mesti menembus dimensi waktu, dan memperhatikan masa depan manusia melalui keturunannya. Karena melalui penerusan pada keturunan, dienullah dapat bersambung dan terpelihara. Bila tidak, maka Islam hanya akan jaya dalam satu periode saja, dienullah hanya berperan dalam satu masa saja, padahal Islam menembus dimensi waktu. Dan penghambaan kepada Rabb tidak berhenti sampai waktu yang ditetapkan oleh Rabb saja.

Seperti juga hak akan akal, manusia pun secara fitri berhak akan cinta; cinta kepada anak, istri, persaudaraan, materi. Alloh menumbuhkan rasa cinta ini dalam jiwa manusia. Melalui rasa cinta, setiap hubungan dapat berjalan dengan harmonis dan mesra, kewajiban pun dengan ringan dapat dilaksanakan. Cinta akan Alloh dan cinta akan jihad fii sabilillah sudah pasti tentu melandasi rasa cinta manusia. Dengan demikian, maka pembangunan pada hakikatnya adalah memelihara, memupuk, dan membentengi cinta dalam kalbu pelaksanaan tugas-tugas penghambaan kepada Alloh. Sehingg rasa cinta ini menempati posisi yang tepat.

Sampai di sini terlihat betapa Islam berbeda dalam menanggapi isu pembangunan. Karena Islam mempunyai konsep tersendiri, yakni pembangunan manusia, penegakkan fitrah manusiawi. Dengan demikian parameter untuk menilai keberhasilan pembangunan dalam Islam pun akan berbeda. Masalahnya adalah bagaimana mewujudkan semua ini. Kalau barat melirik Islam, kita tidak perlu percaya bahwa mereka akan menjadikan Islam sebagai konteks apalagi berbangga diri. Karena jelas Islam menganjurkan curiga dan berburuk sangka terhadap kaum yang kafir, Alloh Maha Tahu rahasia hati mereka. Penegakan Islam di bumi tidak mungkin diserahkan kepada Barat, tapi pada diri kita sendiri, pada umat sendiri. Selama kita masih mengambil konsep-konsep yang bukan khas diri, di luar jati diri, apalagi dengan hanya menjadikan Islam sebagai etika untuk kepentingan pembangunan umat, maka pembangunan itu hanyalah akan menjauhkan umat dari tujuannya: mencari ridha Alloh. Bukan hanya membawa keselamatan, namun membawa kemudharatan. Pembangunan bagi Islam hanyalah pembangunan manusia, pembangunan umat menegakkan khalifah Alloh di bumi. Menegakkan fitrah manusia dengan cara yang dicontohkan tauhid uswah, Rasululloh Muhammad SAW.

PEMBAHASAN : H.O.S COKROAMINOTO


A. Biografi

H.O.S Cokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Ayahnya bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo.
H.O.S Cokroaminoto, dilahirkan didesa Bakur, daerah Madiun pada tanggal, 20 Mei 1883. Tepat pada waktu Gunung Krakatau meletus. Tamat sekolah rendah ia meneruskan pelajarannya ke OSVIA Magelang, tamat pada tahun 1902 dan menjadi juru tulis sampai 1095. Antara tahun 1907 – 1910 bekerja pada Firma Coy & CO di Surabaya, disamping meneruskan pada Burgelijek Avondschool bagian mesin. Bekerja sebagai masinis pembantu, kemudian ditempatkan dibagian kimia pada pabrik gula di kota tersebut (1911–1912).
H.O.S Cokroaminoto buyutnya adalah seorang ulama terkenal di Ponorogo dan memiliki pesantren di daerah tegalsari, Beliau terlahir di keluarga priyayi yang religius, beliau sejak kecil diasuh dalam keluarga yang mendapatkan pendidikan Islam, dan menempuh pendidikan dasarnya di belanda. Setelah 5 tahun menempuh pendidikan kepegawaian, beliau menjadi juru tulis di kepatihan ngawi, dan iini hanya bertahan 3 tahun (1902-1905) karena dia merasa tidak cocok dengan pekerjaan pegawai negeri yang terus menerus harus merendah di hadapan orang belanda. Kemudian pergi ke Surabaya dan bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bernama firma COY dan CO.selain bekerja beliau juga ikut kursus permesinan di malam hari dan setelah tamat dari kursus ini beliau pindah kerja jadi juru mesin dan kemudian tahun 1907-1912 menjadi ahli kimia di pabrik gula Rogojambi surabaya.
Sebagai seorang anak priyai, beliau dijodohkan oleh orang tuanya dengan soeharsiken, putri seorang patih wakil bupati Ponorogo yang bernama mangoensoemo. Di rumahnya bersama istrinya beliau menerima kos kosan yang dikelola oleh istrinya dan salah satu anak kosnya adalah soekarno.

B. Perjuangan

Tepat hari ini lebih dari dua abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1882, Haji Oemar Said Cokroaminoto lahir sebagai bakal tokoh pergerakan yang pada akhirnya dikenal sebagai pendiri Sarikat Islam, sebuah organisasi pergerakan yang berteguh prinsip pada kebangsaan dan agama. HOS Cokroaminoto sohor dengan kata mutiaranya yang sangat menginspirasi, “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
Kalimat mutiara singkat itu pulalah yang berubah menjadi obat jiwa pergerakan pemuda saat itu, tidak terkecuali tiga murid beliau yang saling berbeda aliran dan akhirnya menjadi legenda pergerakan nasional: Soekarno yang nasionalis, Semaun yang Sosialis/komunis, dan Kartosoewirjo yang agamis.
Kata mutiara itu menggambarkan suasana perjuangan Indonesia yang saat itu membutuhkan tiga jiwa dan kemampuan pada diri seseorang untuk mempertahankan dan membangun negaranya Indonesia.

HOS Cokroaminoto tergabung pada SI pada bulan mei 1912 atas ajakan dari H. Samanhudi untuk memperkuat organisasi tersebut nama HOS Cokroaminoto terkenal setelah dia sukses menyelenggarakan kongres SI pertama di surabaya pada tgl 26 januari 1913. Dalam sebuah pertemuan di Yogyakarta pada tgl 18 Februari 1914, SI membentuk suatu pengurus pusat di mana HOS Cokroaminoto duduk sebagai ketua dan H. Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Mulai tahun 1916, partai ini sudah menggunakan istilah nasional dalam kongres-kongres yang diadakannya. Beliau segera mengembangkan SI sebagai sebuah gerakan politik terbesar di Indonesia dengan menegakkan cita-cita nasionalisme dan Islam sebagai sebuah ajaran dasar pemikiran.
Pada kongres nasional pertama tahun 1916 di bandung, SI telah berani mengajukan tuntutan Indoneia merdeka yang merupakan inti aspirasi masyarakat Indonesia. Dalam kongres tersebut beliau berkata bahwa bangsa Indonesia mempunyai hak untuk berpastisipasi dalam hal politik. Beliau juga menuntut agar bangsa Indonesia juga ikut andil dalam memutuskan berbagai undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Selanjutnya pada kongres kedua tahun 1917 SI menyampaikan tuntutan untuk peningkatan pertanian, peningkatan subsisidi, dan perluasan hak pilih warga Indonesia. Kongres tersebut juga memutuskan bahwa SI akan duduk dalam Volkstraad (dewan rakyat)dengan tujuan akan terus berusaha untuk memperjuangkan mengubah Volkstraad menjadi parlemen sejati.
Pada tanggal 18 mei 1918 cokroaminoto dan Moeis duduk sebagai dewan mewakili SI. Mereka menempatkan dirinya oposisi. Sepak terjang Cokroaminoto dan Moeis menyebabkan pemerintahan belanda menjadi gerah. Ketika terjadi beerbagai pemberontakan di tanah air kedua tokoh tersebut kemudian oleh pemerintah dianggap terlibat. Pada tahun 1920, Cokroaminoto dipenjarakan selama 8 bulan dan saat itu pula SI sebagai gerakan nasional mulai melemah.

C. Pemikiran

a. Pemikiran keagamaan
seperti halnya ahmad hasan dann para pembaharu lainya, cokroaminoto sangat menekan pentingya pemahaman tauhid secara benar. Keperibadian yang tangguh, bebas dan dari rasa takut dan sedih akan diperoleh umat islam jika berpegang pada tauhid yang benar. Selain itu, beliau juga menganjurkan agar umat islam tidak hanya berdebat dalam permasalahan furuq (cabag) saja, tetapi harus berkiprah dalam persoalan yanng lebih besar yang sedang di hadappi umat islam.
Menurutnya, sebegai agama yang rasional, modern dan memiliki landasan tauhid yang benar, maka penguasaan atas ilmu pengetahuan harus digalakan, disamping menanamkan rasa keislaman yang mendalam dan memberikan penghargaan terhadap tanda-tanda kebesaran tradisi islam.
b. Pemikiran politik
dalam bidang politik, cokroaminoto mempunyai pemikiran tentang negara demokrasi melalui perwakilan parlemen untuk memilih orang-orang yang memegang kekuasaan yang bebas dari penjajahan.

Agama islam merupakan alat yang tepat untuk membangun persatuan dan rasa nasionalisme di indonesia. Adapun Visi politik cokroaminoto adalah membentuk sosalialisme islam di mana bangunan ekonomi, sosialistik menjadi dasar kebijakannya tanpa ada monopoli, riba, dan eksploitasi. Beliau mencita-citakan bangunan masyarakat yang berdasarkan persaudaraan, kemerdekaan dan persamaan namun tetap relijius dan cinta tanah air.
Pemikiran cokrominoto bisa kita temukan yaitu;
a. Islam dan sosialisme
b. Tarih agama Islam riwayat dan pemandangan atas kehidupan dan perjalana Muhammad SAW
c. Program asas dan progran tandimpartai serikat islam indponesia
d. Reglement umum bagi umat Islam Indonesia

Friday, April 20, 2007

Ayah! kenapa engkau tidak pergi berjihad?


Seorang anak perempuan yang masih kecil berumur sekitar tujuh tahun datang kepada ayahnya, dia menanyakan suatu pertanyaan: "Wahai ayah kenapa engkau tidak pergi berjihad?" Ayah anak perempuan kecil ini terheran dengan pertanyaan itu, dan ia ingin mengujinya, maka dia bertanya: "Nak! Jika aku pergi untuk berjihad, bisa jadi ayah nanti akan terbunuh, dan kamu nanti jadinya tidak punya bapak seperti anak-anak lainnya". Maka mujahidah kecil itu menjawab: "Jika engkau terbunuh maka itu yang utama, karena engkau akan menjadi seorang syuhada' dan masuk jannah dan kita akan masuk jannah bersama-sama".

Inilah iman yang kuat dan fitroh yang bersih serta bentuk pelaksanaan perintah Alloh SWT yang telah tertanam di dalam diri dan sikap anak perempuan kecil itu, dia itulah yang kita butuhkan hari ini di dalam mendidik anak-anak laki-laki dan perempuan kita, kita ingin mendidik mereka dengan tarbiyah iman dan jihad.

Maka kita mulai dengan menanamkan aqidah yang benar, yang tidak ada penyakit-penyakit dan tidak ada penyelewengan dari orang-orang yang bersikap toleran dan kaum munafik. Serta mengajari mereka agama yang benar sebagaimana yang telah dibawa oleh Nabi SAW dan salaf sholeh kita, kemudian kita menanamkan pada diri mereka bahwa mereka adalah bagian dari kesatuan umat Islam ini, dan bahwa mereka adalah harapan umat ini setelah Alloh di dalam menyelamatkan dan mengangkat umat dari cengkeraman cakar-cakar kehinaan dan kenistaan serta menyatakan permusuhan secara terang-terangan terhadap umat-umat kafir di muka bumi pada zaman ini. Dan diharapkan mereka dapat mengembalikan kemuliaan dan kekuatan serta puncak kejayaan umat Islam pada zaman ini.

Penting juga kita mempersiapkan mereka baik fisik maupun mental, sehingga mereka harus dilatih tentang cara memanggul senjata, berani, dan bertempur mati-matian di medan perang serta mencari kesyahidan di jalan Alloh dan bahwa semua itu adalah sebagai bentuk mendekatkan diri dan ketaatan kepada Alloh yang paling utama, yang dia beribadah kepada Alloh dengannya.

Kita ingin menghantarkan mereka hingga sampai pada tahapan dimana dia menyerap seluruh makna-makna kemuliaan dan jihad sehingga hiduplah salah satu dari mereka menjadi seorang yang mulia, mujahid, bangga dengan agamanya, pembela umatnya, bahkan dia bangga bahwa dia adalah seorang mujahid yang dapat menjadi pengganjal di leher-leher orang-orang kafir dan munafik.

Kita memohon kepada Alloh untuk memberikan kebaikan kepada anak-anak kita, dan menjadikan kita dan mereka termasuk dari para mujahid di jalan Alloh dan memberikan rizki kepada kita dan mereka dengan kesyahidan serta mengumpulkan kita di Firdausil A'la

Menolak Thaghut Adalah Kewajiban Pertama Dalam Islam


Kewajiban pertama atas setiap Muslim adalah Tauhid (beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya); dan pilar pertama Tauhid adalah Al Kufur Bit Thoghut, atau menolak Thoghut. Seseorang tidak bisa menjadi Muslim kecuali mereka menolak semua bentuk Thoghut, apakah itu berbentuk konsep, benda tertentu atau seseorang.
Thoghut telah di defenisikan oleh Shahabat dan Ulama klasik yang mengikuti jalan salaf yaitu:

"Sesuatu yang disembah, ditaati atau diikuti selain dari Allah."

Imam Malik bin Anas berkata:
"Thoghut adalah segala sesuatu yang disembah (atau ditaati) selain Allah."

Diriwayatkan dalam Al Jaami' li Ahkaam Al Qur'an oleh Imam Al Qurtubi) Syeikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:

"Dan thoghut secara umum, adalah sesuatu yang disembah selain Allah, dan itu disetujui untuk disembah, diikuti atau ditaati." (Risalatun fii Ma'naa At Thoghut oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab)

Lebih lanjut, karena sebuah objek diperlakukan sebagai thoghut seharusnya disembah selain Allah, dan bagi seseorang yang menjadi thoghut dia harus setuju untuk disembah atau ditaati. Sebagai contoh towaghit adalah berhala, batu, pohon, tempat keramat, patung, kuburan atau jimat dan sebagainya yang orang-orang sembah atau mencari pertolongan darinya; keinginan, filosofi, hukum, konstitusi, selebritis, atau Nabi palsu yang orang-orang ikuti; dan penguasa, Ulama serta pembuat hukum (anggota parlemen) yang melegalkan hukum mereka sendiri dan mengadili dengan hukum dan konstitusi buatan manusia.

Seseorang bisa menghabiskan seluruh hidupnya untuk shalat atau berbicara tentang Islam, Jihad, Haji, shalat, Dakwah, Qur’an, Sunnah, Siyaam dan seterusnya, tetapi jika mereka tidak menolak thoghut dan mengingkari thoghut semua itu akan lenyap. Ini karena menolak thoghut adalah syarat pertama menjadi seorang Muslim, dan mengapa alasannya hal itu meliputi dalam bagian pertama pada Kalimah:

Laa ilaaha "tidak ada tuhan" (An Nafii – menolak thoghut dan Tuhan-tuhan palsu).

IllAllah "kecuali Allah" (Al ithbaat – penetapan keimanan)

Selanjutnya, dengan melafadzkan dan mempercayai kalimah itu seseorang benar-benar mendeklarasikan ketidakpercayaannya dan menolak tuhan-tuhan palsu dan menetapkan keimanan kemudian menerima Satu, Tuhan yang benar – Allah. Tidak mungkin bagi seseorang menjadi Muslim kecuali mereka mengkufuri semua tuhan-tuhan palsu dan agama batil.

Kunci untuk memahami Kalimah

Allah SWT berfirman:
"barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus (kalimah)." (QS Al Baqarah, 2: 256)

Memahami maksud Kalimah adalah kondisi pertama Tauhid dan sebuah kewajiban atas setiap Muslim. Allah SWT menginformasikan kepada kita dalan ayat di atas bahwa hanya seseorang yang menolak thoghut dan beriman kepada Allah yang telah memahami maksudnya, dan selanjutnya akan menerima keberhasilan di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

"Seseorang yang mati dan memahami (makna) laa ilaaha illallah akan masuk surga." (Shahih Muslim, Jilid 1, bab 10 Hadits no. 26)

Selanjutnya, rahasia untuk memahami Kalimah adalah dengan menolak thoghut. Karena alasan ini, sangat penting bagi kita untuk mempelajari cara menolak thoghut – itu jika kita ingin mempunyai pemahaman yang benar tentang Laa ilaaha illAllah.

1. Mendeklarasikan Thoghut Adalah Batil
Cara pertama untuk menolak Thoghut dengan meyakini bahwa semua Thoghut adalah batil dan tidak berhak untuk disembah atau ditaati. Sebagian orang mungkin tidak menyembah thoghut, tetapi mereka tidak meyakini bahwa thoghut mutlak batil. Ini adalah kekufuran. Sebagai seorang Muslim perlu meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya kebenaran dan semua agama yang lain itu batil, dan bahwa Allah adalah satu-satunya Illaah yang benar dan semua aalihah yang lain itu batil. Allah berfirman:
(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS Al Hajj, 22: 62)

2. Menjauh dari Thoghut
Allah SWT mengutus seorang Rasul kepada setiap komunitas dengan risalah yang sama: beribadah dan hanya menaati Allah, dan menjauh dari Thoghut:

"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thoghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya . Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS An Nahl, 16: 36)

Perintah untuk "ijtanibuu" (menjauhi) mempunyai implikasi yang lebih besar daripada mengatakan 'tidak menyembah (atau mendukung)'. Ini karena dalam Ushul Fiqih, sebuah perintah untuk ijtanaab (menjauhi) adalah lebih berat daripada sebuah larangan untuk tidak melakukan. Sebagai contoh Allah SWT memerintahkan kita untuk menjauhi khamr (alkohol); jika mendekati alkohol itu terlarang, memegang sebotol bir adalah lebih terlarang, apalagi meminumnya. Sama halnya, Allah telah memerintahkan kita untuk menjauh dari thoghut, terlebih lagi menjadi asisten mereka, sekutu, menteri, atau mufti atau bahkan bergabung dengan polisi, tentara atau pemerintah mereka.

Faktanya adalah kufur untuk beribadah, melayani, menaati atau mengikuti thoghut manapun, dan siapa saja yang melakukan demikian akan menjadi murtad. Menyembah thoghut (dengan menaatinya) juga salah satu karekteristik Yahudi dan Nasrani, mereka mengambil rahib-rahib dan para pendeta mereka sebagai Tuhan selain Allah dengan menaati mereka pada saat para pendeta dan juga rahib secara terang-terangan merubah dan melawan wahyu yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada mereka. Allah SWT berfirman:

"Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thoghut?." Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." (QS Al Ma’idah, 5: 60)

'Umar Bin Khattab berkata:

"Thoghut adalah Syaitan."

Karena setiap thoghut adalah Syaitan, kita harus selalu ingat dalam pikiran kita bahwa adalah sebuah ke-murtad-an beribadah, menaati atau melayani thoghut.

Setiap penguasa atau Ulama yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah adalah Thoghut dan Syaitan; selanjutnya, adalah sebuah ke-murtad-an menolong mereka, bergabung dengan barisan mereka, mempertahankan mereka atau berperang untuk mereka. Sungguh, hanya kuffar dan Munafiqin yang menolong dan berperang untuk Thoghut:

"Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-oleh belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: "Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)." (QS An Nisaa’, 4: 73)

Jika seorang Ulama menjadi Thoghut (dengan menghalalkan apa yang Allah haramkan, sebagai contoh) kita harus menjauh darinya, tidak belajar dengannya atau hadir dalam ceramahnya. Dengan berbuat demikian seseorang benar-benar beribadah kepada Allah dengan memenuhi perintahNya dan manjauh dari thoghut.

3. Menunjukkan kebencian kepada Thoghut
Setiap orang beriman harus mendeklarasikan kepada semua towaaghit kepada musuh-musuh mereka sebagaimana mereka adalah musuh-musuh Allah. Jika seseorang tidak mendeklarasikan thoghut itu batil, tidak menjauhinyadan tidak membencinya, dia tidak menolak thoghut dan masuk Islam. Pada dasarnya, jika seseorang memahami bahwa thoghut adalah musuh mereka, mereka tidak akan pernah bersekutu dengannya atau menjadi mufti atas rezim kufurnya. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." (QS Al Mumtahanah, 60: 4)

Para Nabi dan Saalihah tidak bertoleransi kepada Ulama yang berada dipintu-pintu penguasa tiran Muslim. Terlebih lagi tidak diperbolehkan berada pada pintu-pintu penguasa murtad yang telah bersekutu dengan salibis dan menolak Syari’ah.

4. Membenci Thoghut
Setelah seseorang mendeklarasikan thoghut itu batil, menjauhinya dan mendeklarasikan menjadi salah satu musuh, mereka seharusnya membenci thoghut. Dalam Islam, tidak ada konsep "cintailah musuhmu". Faktanya, dilarang untuk mencintai musuh kita dan itu hanyalah kebodohan kalau melakukan demikian. Ibrahim A.S. berkata kepada ummatnya, yang mengkufuri Allah dan beribadah kepada thoghut:

"...kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...." (QS Al Mumtahanah, 60: 4)

Tidak diperbolehkan untuk menunjukkan kecintaan atau persahabatan kepada thoghut (Syaitan), atau kepada tentara-tentaranya, penolongnya, sponsor, asisten, pendukung, mufti, menteri, pengikut, dan sebagainya. Sebaliknya, seseorang harus beribadah kepada Allah dan membenci mereka.

5. Mendeklarasikan Thoghut Adalah Kafir (Takfir)
Kewajiban selanjutnya dalam menolak thoghut adalah seseorang harus melakukan takfir kepada thoghut (Syaitan). Tidaklah mungkin bagi thoghut (syaitan) bersama-sama dengan seorang Muslim karena thoghut adalah sesuatu yang disembah atau ditaati selain Allah; atau karena thoghut adalah Tuhan palsu.

"...barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus." (QS Al Baqarah, 2: 256)

Seseorang yang tidak melakukan Takfir dengan mendeklarasikan Syaitan (thoghut) menjadi kafir adalah kafir. Ini karena Allah SWT telah mendeklarasikan Syaitan menjadi Kafir dalam Qur’an. Selanjutnya, Allah SWT telah juga mendeklarasikan seseorang yang menyembah thoghut (dengan memutuskan perkara kepadanya) menjadi Kafir juga:

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thoghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS An Nisaa’, 4: 60)

Saat ini, sedang terjadi sebuah usaha yang gencar dilakukan untuk mengajak setiap orang beriman menjadi murtad dan selanjutnya menjadi kafir, dengan menggoda mereka menjadi dekat dengan thoghut dan tidak menjauh darinya. Dengan demikian, penting bagi kita untuk bertahan di bawah Tauhid dan bagaimana cara menolak thoghut; karena menolak thoghut (pemenuhan pilar pertama Tauhid) adalah kunci memahami Kalimah Syahadah, untuk selamat dari neraka dan memasuki surga. Insya Allah.

Wednesday, January 31, 2007

Itu Menyedihkan! Itu Menyenangkan! Itulah Hidup


Materi oleh: Chuck Gallozzi

Berikut ini adalah sebuah cerita yang mengandung kebijaksanaan di dalamnya.

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP
Suatu ketika, seorang petani miskin terbingung-bingung menerima kenyataan karena kudanya telah mati semalam. "Menyedihkan sekali," tetangganya berkata. "Bagaimana kamu akan mengolah tanah yang keras ini tanpa kudamu?" tanya tetangganya. "Itulah hidup," sahut petani kepada tetangganya.

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP
Kemudian, seorang juragan yang kaya raya dari desa lain mendengar kabar tentang kuda itu. Juragan itu pun jatuh kasihan dan menghadiahi si petani dengan seekor kuda yang baru. "Menyenangkan sekali!" kata tetangganya tadi. Sekali lagi, si petani hanya berkata, "itulah hidup."

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP
Suatu malam dua bulan kemudian, karena ketakutan saat terjadi hujan badai yang disertai petir dan angin kencang, kuda itu melompati pagar dan melarikan diri ke gunung. Sekali lagi, si petani harus kehilangan kudanya. Tetangganya mengomentari lagi, "Menyedihkan sekali, sekarang bagaimana?" Petani itu berkata pendek, "itulah hidup."

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP
Kurang dari tiga bulan kemudian, dengan mengejutkan orang sedesa, kuda itu kembali lagi ke kandang si petani. Hanya saja, kuda itu tidak kembali sendirian, melainkan datang bersama dengan seekor kuda lain yang terlihat begitu gagah. Sekarang petani itu punya dua kuda!
Kini, si petani dapat memanfaatkan satu kuda dan anaknya memanfaatkan kuda yang lain. Keluarga petani itu bisa panen dengan hasil dua kali lipat lebih banyak dari pada panen sebelumnya. Tetangga petani itu benar-benar tercengang dengan keberuntungannya. "Menyenangkan sekali!" komentarnya seperti biasa. Dan lagi-lagi: "Itulah hidup."

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP
Musim dingin segera tiba. Para petani tak lagi bisa mengolah tanah yang dingin dan membeku.

Anak petani berpikir, itu adalah saat yang tepat untuk menunggangi kudanya berkeliling desa. Anak petani itu pun menaiki kudanya. Tapi sayangnya, ia tak cukup kuat dan pandai menunggangi kuda yang gagah dan perkasa. Ia terlempar jatuh, terluka, dan mengalami patah di kakinya. Tetangga petani itu berkomentar, "menyedihkan sekali!". "Sekarang anakmu cacat", tambahnya lagi. Petani itu menjawab, "itulah hidup."

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP
Saat musim semi tiba, datanglah seorang perwira militer ke desa itu. Dia mengambil semua pemuda yang sehat raganya, untuk ikut berperang di provinsi tetangga. Akibatnya, hampir semua pemuda dari desa itu tewas dalam peperangan.

Tetangga petani itu berujar lagi, "alangkah beruntungnya anakmu yang cacat itu. Ia tetap selamat bersamamu." Petani itu berterimakasih kepada tetangganya, kemudian ia berkata "itulah hidup."

TERIMALAH HIDUP "APA ADANYA", BUKAN "ADA APANYA"
Cerita di atas terus diceritakan dari generasi ke generasi. Mengapa? Karena cerita itu adalah mikrokosmos dari kehidupan. Hanya dengan beberapa paragraf, adalah sangat mungkin bagi kita untuk menarik pelajaran penting dari prinsip kehidupan.

Sesuatu yang baik bisa muncul dari sesuatu yang buruk. Tak usahlah Anda terlalu sedih, jika Anda tak tahu akan bagaimana akhir dari semua yang Anda alami. Begitu pula, sesuatu yang buruk bisa muncul dari sesuatu yang baik. Janganlah Anda terlalu senang dengan gelimang segala senang yang Anda rasakan saat ini.

Prinsip terpenting dari moralitas cerita di atas adalah, kita tidak akan pernah tahu kapankah keadaan kita akan baik atau buruk. Hanya waktu yang akan mengatakannya. Jadi, bagaimanakah kita harus memperlakukan hidup ini? Dengan tangan terbuka. Terimalah berbagai hal sebagaimana adanya. Terimalah semua hal "apa adanya", bukan "ada apanya".

Satu cara untuk mengekspresikan prinsip di atas, adalah begini:
"Pada akhirnya, segala sesuatu akan menjadi baik. Jika sesuatu tidak baik sekarang, maka itu bukan akhir segalanya."

Banyak dari kita, buta akan kehidupan. Obat kebutaan itu bukanlah 'sight' akan tetapi 'insight'. Lihatlah ke dalam. Untuk itu, tidak diperlukan mata, melainkan mata hati. Semuanya hanya perlu dimengerti. Semuanya hanya perlu dimengerti dengan prinsip-prinsip kehidupan.

APA YANG TERLIHAT TIDAK SEPERTI YANG TERLIHAT
Misalnya, "apa-apa tidak seperti penampakannya." Sesuatu yang terlihat baik, mungkin sebenarnya buruk. Begitu pula sebaliknya, apa yang terlihat buruk bisa jadi baik.

Perspektif, persepsi, sudut pandang, atau sikap kita, tidak semestinya di dasarkan pada data dari panca indera. Tidak semestinya juga didasarkan pada penampilan atau penampakan. Semestinyalah, cara kita melihat hidup didasarkan pada cahaya ilmu, pengetahuan dan pemahaman.

Pertimbangkan ini: menghakimi orang lain adalah seperti mengemudi kendaraan. Kita marah karena lampu mobil mereka menyilaukan mata kita, padahal lampu mobil kita sendiri mungkin lebih menyilaukan mata mereka.
Jika kita mau menerapkan pemahaman ini, maka kita akan berhenti merasa diserang oleh berbagai tampilan. Kita tidak melihatnya dengan mata, tapi dengan mata hati kita.

Ketahuilah, bahwa kebahagiaan tidak datang dari posisi tertentu, melainkan dari disposisi tertentu. Kebahagiaan bukan soal altitude melainkan attitude. Bukan tentang ketinggian posisi, melainkan keluhuran budi. Hanya itulah yang membedakan kebahagiaan dari kesedihan dan duka lara, kesehatan dari sakit, dan kesuksesan dari kegagalan.

MENYENANGKAN DAN MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP
Pertimbangkanlah poin-poin berikut ini:
Mawas dirilah tentang persepsi Anda akan kehidupan. Apakah Anda selalu senang, berbahagia dan merasakan kenikmatan? Jika tidak, berhentilah mengeluh karena itu tidak produktif. Berupayalah untuk mengerti bahwa persepsi tidak datang dari luar melainkan dari dalam. Jika Anda tidak berbahagia, persoalannya ada pada diri Anda. Bukanlah dunia yang tidak berbahagia, melainkan Andalah yang tidak berbahagia. Itu artinya, bukan dunia yang perlu diubah melainkan Andalah yang harus berubah.

Bagaimana Anda bisa berubah? Mulailah dengan menemukan kenyataan, akan adanya seribu satu jalan untuk menginterpretasikan berbagai kejadian. Anda punya kekuatan untuk memilih satu, dari tak terbatasnya sudut pandang. Pilihlah sudut pandang yang positif dan konstruktif. Berhentilah dengan segala reaksi otomatis seperti selama ini. Belajarlah untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum bertindak. Lihatlah dunia dengan cahaya alasan dan penyebab, jangan hakimi ia karena penampilannya.

Sadarilah, saat Anda memilih untuk melihat dunia dengan kaca mata yang berbeda, Anda akan merasa berbeda. Dan saat Anda merasa berbeda, Anda akan bertindak berbeda. Untuk menjadikan dunia ini pink bagi Anda, caranya mudah saja: Pakailah kacamata berwarna pink.


Memutuskan untuk berubah belumlah cukup. Janganlah berhenti hanya pada niat baik. Akhirilah dengan tindak lanjut. Make a plan and complete what you begin.

Mengembangkan kebiasaan baru selalu perlu upaya. Jangan berhenti hanya karena kendala. Gandhi mengatakan, "effort brings discomfort."

Saat menghadapi kesulitan, ingatlah bahwa itu tidak datang dari nasib buruk atau takdir acak. Nasib tidaklah buruk, dan takdir tidaklah asal-asalan. Andalah yang buta. Bagaimana Anda bisa melihat hari ini, sesuatu yang baru akan terjadi besok?

Jadilah petani miskin, dan katakan: "Itulah hidup."

Saturday, January 06, 2007

Menyimak Kisah Asmara Allah SWT


Syahdan dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa alam semesta ini terlahir sebagai salah satu bentuk nyata dari sifat cinta Allah. Ia memiliki sifat "wujud" dan untuk menunjukkan kewujudan-Nya, maka salah satu isyarahnya Ia menciptakan alam semesta dan seisinya, lalu menaburkan benih-benih cinta di dalamnya. Begitu besar cinta Allah kepada makhluk yang Ia ciptakan, maka tak ada satu pun makhluk di alam ini yang tidak memiliki rasa cinta, hatta binatang buas sekalipun.

Belajar dari itu, sufi besar Rabi'ah al-Adawiyah malah mengaku, kepada setan pun ia tak pernah membenci karena makhluk terkutuk ini bisa dijadikan perantara cinta Rabi'ah kepada Allah. Semakin diganggu oleh setan, semakin besar rasa cintanya kepada Allah. Demikian juga dengan serangkaian kisah-kisah cinta para pecinta dengan Allah. Karena mereka sangat mencintai Allah, maka Ia memenuhi hati mereka dengan cinta atau mahabbah. Mahabbah adalah karunia khusus dari Allah, sementara rahmat Ia sediakan untuk semua makhluk hidup. Sejahat apa pun seseorang, Allah tak akan pernah menghentikan aliran rahman-Nya. Betapa besar cinta-Nya kepada kita semua sehingga begitu kita berbuat salah, Ia akan menunjukkan kita kepada jalan yang benar.

Untuk itulah, maka Allah senantiasa akan bersama mereka, menemani mereka, melangkah bersama mereka, memenuhi seluruh hajat mereka dan selalu siap menerima kalau para pecinta-Nya datang ingin berdialog. Jika suatu saat kelak manusia sudah menjauh dan meninggalkan Allah, maka Ia telah berjanji, "Ya Ayyuhal Ladziina Aamanuu Man Yartaddu Minkum 'An Diinihii Fasaufa Ya'tilLaahu Biqoumin Yuhibbuhum Wa Yuhibbuunahuu. (Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka menintai Allah)." (Al-Ma'idah:54).

Sungguh besar rasa cinta Allah, sampai-sampai Ia berjanji tak akan pernah meninggalkan para kekasih-Nya. Malah dalam banyak firman-Nya, diriwayatkan Ia selalu menanti para kekasih-Nya dalam seluruh daur waktu. Bahkan, pada seperempat malam terakhir, Allah turun ke langit dunia menanti para pecinta-Nya. Kita? Kita tidur lelap seperti bangkai meski gerbang cinta-Nya terbuka lebar dan Allah berharap kita datang kepada-Nya.

Syaikh Imam al-Qusyairy an-Naishabury dalam kitabnya Risalah al-Qusyairiyah malah menyebutkan Allah memiliki sifat "ghirah" atau cemburu. Seluruh kebaikan yang ada di alam semesta ini, adalah karena cinta-Nya sehingga karena itu Ia sangat tidak suka alias cemburu kalau ada orang yang berbuat sesuatu dan perbuatan itu melawan cinta alias hanya merusak dan menimbulkan kerusakan. Hadits dari Sayyidah Aisyah ra yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori menyebutkan "Maa Ahadun Aghyaru MinalLaahi Ta'alaa, Wa Min ghiirotihi Harromal Fawaahisya Maa Dzahara Minha Wamaa Bathona. (Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah SWT. Di antara bentuk cemburu-Nya adalah Dia melarang perbuatan keji, baik kekejian yang lahir maupun kekejian yang batin.)" Kalau seorang ibu mencintai anaknya, maka itu murni karena tetesan cinta Allah. Kalau ada seorang ayah banting tulang mencari nafkah untuk keluarga, itu semata karena sibghah cinta Allah. Kalau ada pemimpin sayang kepada rakyatnya, maka itu juga karena siraman cinta Allah. Semakin besar cinta seseorang maka semakin besar pula cinta Allah kepadanya.

Artinya pula, semakin sering kita berbuat durjana, maka semakin tipis rasa cinta kita dan semakin juah kita dari Allah. Semakin membara benci kita kepada sesama, maka semakin tipis pula rasa cinta kita kepada diri kita. Kalau kita tidak mencinta, maka kita telah mendzalimi diri kita sendiri karena dengan demikian pada saat bersamaan kita tengah menabur benih ketidaksukaan orang kepada kita karena tindakan kita.

Cinta akan datang dan pergi. Kalau dipupuk dengan jalan menyayangi dan mengasihi sesama, kaka cinta akan tumbuh dengan subur. Hidup kita akan diselimuti rasa cinta yang memancar dalam semua sikap, pola hidup dan tindakan kita sehari-hari. Cinta adalah dialog dan dialog adalah kedekatan. Cinta adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Baginda Rasul selalu berpendar kegembiraan di wajahnya bila sudah mendekati waktu shalat. Baginya, waktu shalat adalah waktu dialog. Baginya waktu dialog adalah waktu untuk saling berdekatan. Baginda akan selalu berkata kepada sahabatnya, muadzdzin yang dia cintai, Bilal Bin Rabah, "Arihnaa Bishsholaati Ya Bilaal. (Berikan kami dengan shalat wahai Bilal.)"

Bagi kita shalat adalah medium paling formal yang diberikan Allah kepada kita untuk bisa selalu berdialog dengan-Nya, untuk bisa selalu berdekatan dengan-Nya. Shalat yang antara lain berintikan sujud, adalah saat-saat yang paling tepat untuk menghitung diri, seberapa kecil diri ini dan seberapa besar rasa pengharapan dan ketergantungan kita kepada Allah. Menurut Imam Ali Bin Abi Thalib, setelah sekian puluh tahun iblis mengagungkan dan membesarkan Allah, ia lantas mendapatkan laknat tanpa batas dan tiada akhir hanya karena sekali lalai bersujud.
Ia menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam as. Lalu pernahkah kita meninggalkan shalat, meninggalkan sujud? Kalau dalam sehari kita tidak shalat dzuhur, maka itu artinya sudah delapan kali kita tidak bersujud. Iblis sekali saja tidak bersujud, mendapatkan azab teramat pedih dan menjadi bahan kutukan semua makhluk hidup. Maka bagaimana dengan nasib kita? Berapa kalikah dalam hidup ini kita tidak besujud? Sujud lahir karena cinta. Cinta lahir karena dialog. Cinta lahir karena kedekatan. Apa susahnya bersujud dan apa susahnya mencinta, berdialog dan berdekatan dengan Allah SWT.
Bagitu cemburu-Nya Allah, sampai-sampai Dia tak pernah dan tidak akan pernah berkenan diduakan, dinomorduakan apalagi disekutukan. Ia ingin, cinta kita kepada-Nya bertengger di peringkat domor satu, di atas nama-nama lain yang kita cintai. Bagi-Nya penyekutuan terhadap diri-Nya adalah dosa besar dan sungguh tak terampunkan. Menduakan Allah, dinilai sebagai sebuah pendzaliman diri. Penyekutuan adalah tindakan dzalim yang sangat besar. "Innas Syirka La Dzulmun 'Adzhiim."

Sehingga ketika sahabat karib-Nya, Kholilullah Ibrahim as merasa gentar, Ia bertanya ada apa gerangan sahabat-Ku? "Duhai Tuhanku. Bagaimana hamba tidak gentar dan tidak akan berada dalam kegentaran, sementara Adam as ayahku yang nyata-nyata dahulu dekat dengan-Mu, Kauciptakan dia dengan tangan-Mu dan Kautiupkan sendiri sebagian ruh-Mu kepadanya dan bahkan para malaikat Engkau perintah bersujud kepadanya, tetapi hanya dengan satu pembangkangan, ia Engkau keluarkan dari sisi-Mu." Sambil tersenyum Allah menukas, pembangkangan kekasih atas kekasih adalah berat akibatnya. "Ma'shiyatul Habiib 'Alal Habiib Syadidaah. (Pembangkangan seseorang kekasih kepada kekasihnya adalah berat.)". Semoga kita selalu diselimuti cinta. Cinta kepada Allah, cinta kepada Baginda Rasul dan cinta kepada sesama makhluk hidup. Wallaahu A'lamu Bishsowaab.

Thanks

KH A Hasyim Muzadi

Friday, December 22, 2006

Sapi dan Pembunuh



Kita jadi ingat kaum Bani Israil, umat Nabi Musa yang suka membangkang. Ketika kaum Musa itu ditinggal pergi ke Gunung Tursina,mereka kembali murtad dan menyembah sapi. Lalu terjadilah sebuah peristiwa pembunuhan. Si pembunuh malah melaporkan pembunuhan itu ke publik, bahwa ada pembunuhan entah siapa yang melakukannya. Keadaan jadi anarkis, tak ditemukan siapa pembunuhnya. Dengan wahyu Tuhan, Musa menyuruh penyembilihan sapi sebagai kata putus untuk menemukan pembunuhnya. Langkah itu selain sebagai ikhtiar mengakhiri perselisihan akibat pembunuhan, sekaligus sebagai simbol mendelegitimasi kemusyrikan kaum Bani Israil yang menyembah sapi.

Tapi apa lacur? Kaum Bani Israil memang dikenal suka membangkang. Mereka bertanya kepada Musa alaihissalam. Mula-mula menolak untuk menyembelih sapi, karena takut jadi ejekan. Setelah diyakinkan Musa, akhirnya mau tapi masih bertanya pula. Tanyakan kepada Tuhan, sapi betina atau jantan? Sapi betina. Tua apa masih muda? Tidak tua juga tidak muda. Apa warnanya? Sapi kuning tua, yang menyenangkan setiap orang yang memandangnya. Kaum Musa itu masih juga bertanya, sapi seperti apa lagi? Sapi betina yang dikehendaki itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, yang belum pernah dipakai membajak tanah atau mengairi tanaman, tidak cacat, juga tidak ada belangnya. Nyaris saja mereka mengingkarinya, jika tidak karena kehabisan logika dan kesabaran Nabi Musa. Selalu bertanya dan mengaburkan logika agama demi menisbikan dan bahkan menolaknya.


aku merenung dan bertanya pada diri sendiri : "andai saja mereka tidak bertanya lagi tentang spesifikasi sapi itu, pastinya mereka takkan dipusingkan dalam melangkah, menunaikan perintah Nabi Musa as, hal itu terjadi dikarenakan pertanyaan mereka sendiri ?"

jika melihat kasus di atas ada dua hal yang ingin coba diuraikan :
1. Pencariannya adalah siapa pembunuh temannya
2. Sapi hanyalah sebuah ikhtiar untuk menemukan siapa pembunuh sebenarnya

Apakah ada hubungan logis antara sapi dengan si-pembunuh ? "TENTU SAJA TIDAK" hanya butuh "IMAN" atau keyakinan pada ucapan Nabi Musa as dan untuk melakukan semua itu. Ketaatan mereka pada Nabi Musa as adalah sebagai bentuk implementasi dari ketaatan pada Allah SWT.

Hal lainnya yang bisa diambil pelajaran buatku adalah ternyata untuk taat kepada Allah SWT tetap saja implementasinya taat kepada manusia (tidak langsung kepada Allah SWT), dalam penggalan cerita di atas adalah taat kepada Nabi Musa as sebagai pemimpin dan juga penerus Risalah Kerasulan.

Mazhab Bani Israil


Maaf, Anda ingin telanjang di muka umum? Telanjanglah sebebas-bebasnya, tak perlu sungkan. Telanjang itu katanya simbol kejujuran. Ketika kemunafikan merajalela,ketelanjangan merupakan pilihan. Simbol perlawanan terhadap berbagai topeng. Jadilah ketelanjangan sebagai benar, bahkan perlu dipertunjukan di ruang publik. Telanjang bukan lagi keseronokan, apalagi melanggar moral. Ketelanjangan bukan lagi sebuah kebugilan fisik, yang mengoyak nilai-nilai luhur kehidupan. Ketelanjangan itu sebuah estetika yang filosofis.

Demikian logika kaum seniman dan pendukung ekspresi bebas-nilai beragumentasi soal telanjang tubuh di muka publik. Ketika karya seni digital menampilkan foto dua artis ternama dalam keadaan telanjang, yang menuai kritik dan aduan masyarakat yang tak setuju, para pendukung seni telanjang membela mati-matian. Foto telanjang itu sama sekali bukan pornografi atau pornoaksi, tetapi sebuah keindahan yang melambangkan kejujuran. Jadi bukan sesuatu yang porno, baik pornografi maupun pornoaksi.

Soal porno? Tergantung pada orangnya, demikian dalih mereka. Bagi orang berpikiran ngeres, katanya, foto telanjang itu jadi porno. Bagi penikmat seni dan mereka yang tidak ngeres, foto atau apa pun karya seni yang ditampilkan itu menjadi indah. Itu namanya estetika, bukan kepornoan. Bukan keseronokan. Lagian, kaum agamawan, juga orang awam,mereka tak paham seni. Wong mereka biasa ngaji kitab kuning, mana tahu cita rasa seni, kecuali seniman yang kiai atau kiai yang seniman. Seni itu berbeda dari agama dan moral. Seni itu seni, bukan yang lain. Bagaimana Undang-undang atau agama mau membatasi karya seni yang memiliki norma sendiri, yang berbeda dari norma hukum dan agama? Begitulah argumen kaum seniman bebas-nilai.

Maka, ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi digulirkan di DPR, para seniman dan mereka yang mendukung seni bebas-nilai itu betul-betul menolaknya. Mula-mula mereka menolaknya karena batasan pornografi dan pornoaksi tidak jelas. Ada juga yang menerima, tetapi hanya untuk membatasi atau memberantas tabloid, majalah, surat kabar, dan VCD porno yang seronok dan kini tengah dirazia polisi di berbagai tempat. Apalagi kalau VCD atau karya seronok itu hasil bajakan, para seniman itu setuju sekali dengan razia polisi, maklum karya-karya mereka banyak dibajak. Kalau menyentuh keuntungan bagi kepentingannya memang gampang sekali setuju, tapi kalau merugikan menolak dengan keras.

Ketika konsep porno dijelaskan, mereka bergeser lagi ke sisi lain.Baiklah, pornografi jelas batasannya, tetapi pornoaksi bagaimana? Bagaimana para penari seni tradisional seperti tari Bali, penduduk asli di pedalaman Papua, apa mau dikategorikan pornoaksi? Ketika dijelaskan, bahwa hal-hal seperti itu dimasukkan dalam konteks budaya daerah yang memiliki wilayah aturan sendiri, para seniman sekuler-liberal itu bergeser lagi. Taruhlah batasan pornografi dan pornoaksi itu diperjelas, tetapi apa harus ada Undang-Undang? Seni dan ekspresinya tidak bisa dibatasi oleh apa pun.

Pendukung seni bebas-nilai bahkan kian bertambah. Sejumlah pihak menolak RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi dengan logika hubungan rakyat dan negara. Janganlah negara mengatur moral masyarakat, kata mereka. Biarlah moral itu jadi milik kehidupan orang perorang, tidak perlu diatur negara.

Dengan berbagai dalih yang hebat dikatakan, di negara-negara maju seperti di Barat, negara tidak ikut campur dalam urusan moral maupun agama. Moral dan agama jangan masuk urusan negara, biarlah jadi milik pribadi manusia, warga negara. Itulah logika kaum sekuler, dengan pengalaman hubungan agama (Kristen) di Barat. Kelompok ini beberapa waktu yang silam juga menolak kehadiran Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang memasukan pendidikan agama.

Pemisahan negara dan agama berangkat dari paradigma Barat, sebagai pilihan paling ekstrem dari trauma buruk hubungan Gereja dan negara di abad pertengahan. Peradaban modern Barat yang menjadi rujukan modernitas di seluruh negeri sekaligus mematok pemisahan agama dan negara. Pola ini dianggap berlaku ideal dan universal untuk seluruh dunia, tanpa kecuali. Jika ada negara dan komunitas agama yang ingin melembagakan agama atau mempertautkannya ke dalam negara, dianggap buruk bagi bangunan peradaban modern. Tidak mengikuti standar kebudayaan Barat yang maju, modern, dan berperadaban tinggi, sebagai kiblat kejayaan. Tapi ironisnya, ketika negara dalam beberapa hal menguntungkan, kaum sekularis netral agama dan penganut pemisahan agama dan negara itu, tidak malu-malu juga meminta campur tangan negara untuk kepentingan menyalurkan aspirasinya. RUU Anti Pornografi dan pornoaksi ditolak karena tidak jelas batasannya. Setelah dibikin jelas, ditolak pula dengan alasan negara tidak boleh campur tangan mengurus atau mengatur moral masyarakat. Ditolak pula karena seni memiliki nalar dan kebebasan sendiri, yang tidak bisa dijerat oleh hukum negara.

Kita jadi ingat kaum Bani Israil, umat Nabi Musa yang suka membangkang. Ketika kaum Musa itu ditinggal pergi ke Gunung Tursina,mereka kembali murtad dan menyembah sapi. Lalu terjadilah sebuah peristiwa pembunuhan. Si pembunuh malah melaporkan pembunuhan itu ke publik, bahwa ada pembunuhan entah siapa yang melakukannya. Keadaan jadi anarkis, tak ditemukan siapa pembunuhnya. Dengan wahyu Tuhan, Musa menyuruh penyembilihan sapi sebagai kata putus untuk menemukan pembunuhnya. Langkah itu selain sebagai ikhtiar mengakhiri perselisihan akibat pembunuhan, sekaligus sebagai simbol mendelegitimasi kemusyrikan kaum Bani Israil yang menyembah sapi.

Tapi apa lacur? Kaum Bani Israil memang dikenal suka membangkang. Mereka bertanya kepada Musa alaihissalam. Mula-mula menolak untuk menyembelih sapi, karena takut jadi ejekan. Setelah diyakinkan Musa, akhirnya mau tapi masih bertanya pula. Tanyakan kepada Tuhan, sapi betina atau jantan? Sapi betina. Tua apa masih muda? Tidak tua juga tidak muda. Apa warnanya? Sapi kuning tua, yang menyenangkan setiap orang yang memandangnya. Kaum Musa itu masih juga bertanya, sapi seperti apa lagi? Sapi betina yang dikehendaki itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, yang belum pernah dipakai membajak tanah atau mengairi tanaman, tidak cacat, juga tidak ada belangnya. Nyaris saja mereka mengingkarinya, jika tidak karena kehabisan logika dan kesabaran Nabi Musa. Selalu bertanya dan mengaburkan logika agama demi menisbikan dan bahkan menolaknya.

Kita berharap mazhab Bani Israil tidak semakin meluas di negeri ini. Lebih-lebih yang berkaitan dengan membangun moral masyarakat dan tegaknya nilai-nilai luhur agama dalam kehidupan publik. Jika ditarik ke sana ke mari, apa pun bisa direlatifkan, bahkan agama dan Tuhan sekalipun. Sudah terlalu jauh moralitas di negeri ini kehilangan daya rekatnya dalam kehidupan individu maupun kolektif. Sudah terlalu meluas dan menyolok mata pula berbagai bentuk keseronokan dan demoralisasi hadir di ruang publik kita tanpa rasa sungkan. Kasihan sekali masa depan generasi anak-anak bangsa di negeri ini. Mereka jadi sasaran empuk dan konsumen murahan dari berbagai produk keseronokan yang merusak moral dan potensi diri anak negeri. Di tengah bahana demoralisasi dan keseronokan yang liar seperti itu, ternyata para seniman dan penganut paham sekuler agama, tidak banyak berbuat selain asyik-maksyuk dengan dunianya sendiri secara ananiyah.

Biarlah setiap pilar bergerak untuk memulai membangun karakter bangsa, juga melalui penegakan moral agama maupun konstitusi negara dan hukum. Memang hukum saja tidak cukup. Politik saja tidak cukup. Pendidikan formal saja tidak memadai. Negara pun tidak cukup. Bahkan, jika dinisbikan, upaya setiap agama dan kelompok-kelompok agama pun tidak cukup untuk membangun moral dan mencegah kerusakan. Tapi jika tidak dimulai, mau dari mana dan kapan lagi?

Jika semua hal dinisbikan, jangankan sebuah Undang-Undang, bahkan agama dan Tuhan pun bisa dianggap nihil. Lalu yang muncul ke permukaan ialah imperium baru yang bernama kebebasan, seni, dan demokrasi yang mendewakan dirinya sendiri dan tak boleh tersentuh apapun. Mazhab Bani Israil dengan logika relativisme, anarkisme, dan nihilisme lantas hadir kembali di alam modern laksana sebuah kekaisaran baru yang penuh gemerlap, sekaligus berwajah cantik.

Thanks

Haedar Nashir

Monday, December 18, 2006

kok mirip ayam ya


Di siang hari waktu aku sedang keluar ke belakang rumahku Aku melihat ayam betina dan ayam jago sedang kawin Setelah kawin ayam betina itu mencari tempat untuk bertelur Setelah mempunyai telur lebih dari lima butir, ayam betina itu lalu mengerami telurnya.Sewaktu ayam betina mengerami telurnya, si ayam jago ternyata sudah kawin lagi dengan ayam betina yang lain. Sewaktu menghidupkan televisi aku melihat acara pernikahan artis yang terkenal. Pestanya meriah, menghabiskan uang banyak. Beberapa bulan setelah itu mereka mempunyai anak. Setelah anaknya mulai sekolah TK ternyata pasangan artis itu ribut Hingga ke pengadilan. Kemudian mereka berpisah dan cerai.Tidak lama setelah itu diberitakan mereka kawin lagi dengan pasangan yang lain.

Aku pikir "kok mirip ayam ya."
 

Sample text

Sample Text

Sample Text