Tuesday, November 28, 2006
Oh My Love - John Lennon
Oh my love for the first time in my life
My eyes are wide open
Oh my lover for the first time in my life
My eyes can see
I see the wind, oh I see the trees
Everything is clear in my heart
I see the clouds, oh I see the sky
Everything is clear in our world
Oh my love for the first time in my life
My mind is wide open
Oh my lover for the first time in my life
My mind can feel
I feel the sorrow, oh I feel the dreams
Everything is clear in my heart
I feel life, oh I feel love
Everything is clear in our world
Wednesday, November 22, 2006
Kisah Pedagang Berharta Paling Zuhud dan Nasehat Hasan Al Basri
Habib Al-Ajami adalah salah seorang penduduk Basrah, Pedagang berharta, suatu ketika ia menghadiri majelis Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) dan mendengarkan nasehatnya, maka nasehat itu merasuk dalam hati Habib Al-Ajami,semenjak itulah Habib Al-Ajami menjadi seorang yang paling zuhud dan ahli ibadah di kota Basrah.
Inilah kisahnya untukmu secara rinci.
Adalah Al-Hasan Al-Basri duduk dalam majelisnya dimana setiap hari ia mengadakan majelis ditempat itu. Adapun Habib Al-Ajami duduk dalam majelisnya dimana ahli dunia dan perdagangan mendatanginya. Dan ia lalai dengan menjelis Al-Hasan Al-Basri, dan tidak menoleh sedikitpun dengan apa yang disampaikan oleh Al-Hasan Al-Basri. Hingga suatu hari ia ingin mengetahui apa yang disampaikan Al-Hasan Al-Basri, maka dikatakan kepadanya : “Dalam majelis Al-Hasan Al-Basri diceritakan tentang surga, neraka dan manusia diberi semangat untuk mendapatkan akhirat, dan ditanamkan sikap zuhud terhadap dunia (memfokuskan segala karunia Allah untuk akhirat). Maka perkataan ini menancap dalah hatinya, lalu ia pun berkata : "Mari kita mendatangi majelis Al-Hasan Al-Basri!", maka berkatalah orang-orang yang duduk dalam majelis kepada Al-Hasan Al-Basri : "Wahai Abu Said ini adalah Habih Al-Ajami menghadap kepadamu nasehatilah ia. Lalu Habib Al-Ajami menghadap Hasan Al-Basri dan Hasan Al-Basri menghadap kepadanya, lalu ia nasehati Habib Al-Ajami, ia ingatkan dengan syurga, ia takut-takuti dengan neraka, ia hasung untuk melakukan kebaikan, ia ingatkan untuk berlaku zuhud di dunia. Maka Habib Al-Ajami pun terpengaruh dengan nasehat itu, lalu bersedekah 40 ribu dinar. Dan iapun berlaku qona'ah (menerima) dengan hal sedikit, dan ia terus beribadah kepada Allah hingga meninggal dunia" [Hilyatul Aulia 6/149 dengan sedikit perubahan, dan lihat Siyar 'Alamun Nubala 6/144]
Barangkali engkau melihat kejujuran Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) dalam dakwahnya, selamatnya tujuan dakwahnya, hingga nasehatnya membekas dalam hati Habib Al-Ajami, nasehat yang jujur itu telah memindahkan dari riuhnya suara di pasar dan perdagangan hingga menjadi sorang ahli ibadah dan ahli zuhud yang mempunyai do'a yang mustajab (doa yang dikabulkan) dan karamah yang mulia, sebagaimana ia seorang ahli bersedekah dan berinfak di jalan Allah Ta'ala.
Alangkah indahnya perkataan Malik bin Dinar dalam permasalahan ini : "Kejujuran itu nampak dalam hati dalam keadaan lemah, lalu pemilik hati itupun mencarinya, dan Allah menambahnya hingga menjadikannya berbarakah pada dirinya, dan menjadilah perkataannya obat bagi orang-orang bersalah".
Lalu Malik berkata : "Apakah kalian tidak melihat mereka ?", kemudian ia kembali kepada dirinya : "Ya, benar demi Allah kami telah melihat mereka itu : Al-Hasan Al-Basri, Said bin Jubair dan semisal mereka itu, seorang lelaki diantara mereka yang Allah hidupkan perkataannya kepada sekelompok manusia" [Hilyatul Aulia 2/359]
Dan tatkala Zainal Abidin Ali bin Al-Husain mendengar nasehat Al-Hasan Al-Basri, ia berkata : "Maha suci Allah ini adalah perkataan orang yang jujur" [Akhbarul Hasan Al-Basri Li Ibnul Jauzi hal. 2]
Salah seorang ulama ditanya : "Mengapa perkataan Salafus Shalih lebih bermanfaat dari perkataan kita?" maka iapun menjawab : "Karena mereka berbicara untuk kemulian Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari ridho Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keridhaan mahluk" [Sifatu Sofwah karya Ibnul Jauzi 4/122]
Dan sebab-sebab seseorang mendapatkan manfaat dari nasehat-nasehat Al-Hasan Al-Basri dan dari majelis-majelisnya, bahwasanya Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) adalah panutan yang baik, dan tidaklah termasuk orang-orang yang mengatakan apa yang tidak ia kerjakan.
Dikatakan kepada salah seorang dari teman Al-Hasan Al-Basri : "Apakah sesuatu yang menyebabkan Al-Hasan Al-Basri mencapai kedudukannya seperti ini ? Padahal diantara kalian terdapat para ulama dan ahli-ahli fikih ?", Teman Al-Hasan Al-Basri itupun berkata : "Adalah Al-Hasan Al-Basri jika memerintahkan suatu perkara maka ia adalah seorang manusia yang paling mengamalkan terhadap apa yang ia perintahkan, dan jika ia melarang dengan suatu kemungkaran maka ia adalah seorang manusia yang paling jauh meninggalkan larangan itu" [Tablis Iblis karya Ibnul Jauzi hal. 68]
Dan perkara lain yang wajib kita perhatikan terhadap kejadian diatas, yaitu perhatian Al-Hasan Al-Basri terhadap masalah-masalah yang halus, masalah zuhud, dan akhlak, sampai-sampai Al-Hasan Al-Basri mempunyai majelis khusus dalam majelisnya, yang mana ia tidak berbicara padanya melainkan makna-makna zuhud dan ibadah. Maka jika seseorang meminta untuk berbicara masalah lainnya karena merasa jemu, iapun berkata : "Sesungguhnya kita berkhalwat bersama-sama teman kami adalah untuk berdzikir" [Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi hal 68]
Sesungguhnya sebagian besar dari nasehat dan wasiat Al-Hasan Al-Basri adalah tentang mencela dunia, dan larangan dari memanjangkan harapan, dan perintah untuk mensucikan jiwa, serta membetulkan tujuan-tujuan dan niat-niat.
Alangkah butuhnya kita kepada semisal nasehat-nasehat itu dan larangan-larangan dari para ulama, demikianlah para ulama terdahulu, para pemberi nasehat sebagaimana yang dikatakan Ibnul Jauzi. [Akhbar Al-Hasan Al-Basri, karya Ibnul Jauzi hal. 68]
Berkata Al-Imam Ahmad bin Hambal : "Alangkah butuhnya kita terhadap penasehat yang jujur" [Akhbar Al-Hasan Al-Basri]
Dan sungguh Al-Hasan Al-Bashri pada sebagian besar keadaannya bersikap zuhud terhadap dunia, memperingatkan dari dunia, menghasung untuk akhirat, dan inilah jalan kenabian yang berpengaruh, sungguh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya sesuatu yang terbesar yang aku khawatirkan kepada kalian adalah apa yang dikeluarkan dari barakah bumi", ditanyakan : "Apakah barakah bumi itu ?", Beliau menjawab : "Bunga kehidupan dunia" [Kutipan dari hadits-hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Raqaiq, bab sesuatu yang melarang dari bunga kehidupan manusia dan berlomba untuk dunia]
Oleh karena itu Al-Hasan Al-Basri berkata : "Demi Allah saya tidaklah ta'ajjub (heran) dengan sesuatu seperti keheranan saya kepada seseorang yang tidak menganggap bahwa cinta dunia itu termasuk salah satu dosa besar, demi Allah sesungguhnya cinta kepada dunia adalah termasuk dosa-dosa besar, tidaklah cabang-cabang dosa-dosa besar itu melainkan dengan sebab cinta dunia? Tidaklah berhala-berhala disembah, Allah Subhanahu wa Ta'ala didurhakai melainkan karena cinta dunia ? (ya). Maka seorang yang mengetahui tidak akan mengeluh dari kehinaan dunia, dan tidak akan berlomba-lomba mendekatinya dan tidak akan putus asa karena jauh terhadap dunia". [Hilyatul Aulia 6/13, dan lihat Siyar 'Alaamun An-Nubala 7/259]
Benarlah ucapan Al-Hasan Al-Basri, sebagian dosa-dosa besar adalah tumbuh dari cinta dunia : mencuri, zina, dengki, berdusta, sombong, berbuat riya (ingin di puji) dan selainnya adalah lantaran cinta terhadap dunia, dan saling menerkam dunia, bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghabarkan dalam kitabNya yang mulia bahwasanya kekafiran dan pantasnya seseorang mendapatkan siksa adalah lantaran cinta dan mengutamakan dunia daripada akhirat, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang-orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir" [An-Nahl : 106-107]
Disini terdapat catatan terakhir : "Bahwasanya sebagian orang yang bertaubat menjauhi kehidupan untuk beribadah, dalam hal ini ada komentar, dimana tidak dibenarkan bahwa setiap orang yang bertaubat harus menempuh jalan ini : yaitu memutuskan dan berlaku zuhud dari mengambil sebab-sebab kehidupan dunia yang diperbolehkan, maka itulah rahbaniyyah (peribadatan dengan memutus dunia) yang kita dilarang darinya.
Maha benar Allh yang berfirman.
"Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi" [Al-Qashas : 77]
Karena sesungguhnya dari keistimewaan agama kita adalah berlaku lurus dan bersifat tengah
Tidak ada Rahbaniyyah dan juga tidak ada maadiyah (materialistis) dan hanyalah seorang muslim itu beribadah kepada Allah, berusaha dimuka bumi dengan beramal, artinya bekerja dengan hal yang pantas yang dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Dan tidaklah dikenal dalam Islam memutuskan hidup hanya untuk beribadah saja melainkan setelah berlalu masa yang penuh keutamaan (masa para sahabat), sejak datangnya ajaran sufi yang berbuat bid'ah (amal yang tidak terdapat tuntunannya dari agama ini), dan telah diketahui sikap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap tiga orang yang bertanya tentang ibadah Rasulullah, shalatnya, puasanya, menikahnya. Maka tatkala mereka diberitahu seolah-olah mereka memandang amal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sedikit. Maka mereka berketetapan untuk menyelisihi amal-amal itu, maka berkata Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam.
"Artinya : Demi Allah sesungguhnya aku adalah manusia yang paling takut dan taqwa kepada Allah, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur, dan aku menikahi wanita-wanita, maka barangsiapa benci kepada sunnahku maka bukanlah termasuk golonganku" [Muttafaq 'alaihi]
Abu Nu'aim mengutip dalam kitab "Al-Hilyah" dengan sanadnya kepada Ibrahim bin Sulaiman Az-Zayyat, dimana ia berkata :
"Adalah kami berada disisi Sufyan Ats-Tsauri, lalu datanglah seorang wanita dan mengeluhkan anak laki-lakinya", wanita itu berkata : "Wahai Abu Abdullah saya mendatangimu agar engkau menasehatinya?", Maka Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Ya, datangkan anakmu itu". Kemudian perempuan itu datang bersama anaknya, maka Sufyan Ats-Tsauri pun menasehati anak itu, setelah selesai berpalinglah anak itu pergi. Maka kembalillah wanita tadi sesudah beberapa waktu dan berkata : "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Abu Abdullah (Sufyan Ats-Tsauri) dan ia pun menceritakan perilaku anaknya yang ia sukai setelah mendapat nasehat Sufyan Ats-Tsauri".
Setelah beberapa lama, datanglah kembali wanita itu dan berkata : "Wahai Abu Abdullah, annakku tidak pernah tidur dimalam hari, dan pada siang hari ia berpuasa, tidak makan dan tidak pula minum". Maka berkatalah Sufyan Ats-Tsauri : "Celaka anda, mengapa ia berbuat demikian ?", Wanita itu menjawab : "Untuk mencari hadits". Maka Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Harapkanlah dirimu darinya pahala dari sisi Allah" [Hilyatul Aulia 4/65,66]
Sufyan Ats-Tsauri adalah salah seorang ulama terkemuka, dan seorang yang banyak menyuruh kebaikan, tidaklah ia takut celaan orang yang suka mencela dijalan Allah, hingga berkata salah seorang diantara mereka ; "Adalah saya keluar bersama Sufyan Ats-Tsauri, maka hampir-hampir lisannya tidak putus dari menyuruh kebaikan dan melarang dari kemungkaran baik ketika pergi atau pulang" [Hilayatul Aulia]
Sebagaimana ia adalah seorang yang peduli dengan keadaan kaum muslimin, dan dari kisah tentang ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Yahya bin Yaman: Sufyan Ats-Tsauri dan Ibrahim bin Adham berbincang-bincang pada malam hari hingga subuh, adalah mereka berdua memperbincangkan masalah-masalah kaum muslimin.
Dan dalam kisah ini kita melihat bagusnya perangai wanita tadi dalam menyelesaikan problematika anaknya, ia pergi ke Sufyah Ats-Tsauri dan memaparkan masalah yang ia hadapi, dan meminta dari Sufyan Ats-Tsauri agar menasehati putranya. Dan kita telah membaca bagaimana Sufyan Ats-Tsauri menerima dengan cepat permintaan wanita itu, dan bagaimana baiknya perangai dan sikap tawadhunya, maka ia bersegera memenuhi permintaan itu dan menasehati anaknya, lalu perangai anak wanita itu menjadi baik, hingga datanglah wanita itu berterima kasih kepada Sufyan Ats-Tsauri atas perbuatan baiknya, dan tidak sampai disini saja hasil nasehat Sufyan Ats-Tsauri, bahkan anak itu bertambah keistiqomahan, akhlak serta perhatiannya dalam mencari ilmu dan hadits, yang menyebabkan wanita itu mengkisahkan keadaan anaknya pada kali ketiga, ia berkata : "Anakku tidak tidur pada malam hari dan ia berpuasa pada siang hari untuk mencari hadits".
Demikianlah nasehat itu berbekas dihati pemuda itu, hingga ia menjadi seorang yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu hadits.
Sebagaimana kita menyaksikan bagaimana wanita itu memantau terus keadaan putranya, dan mengkhabarkannya kepada Sufyan Ats-Tsuri, dan ia mendapat manfaat sesudah itu dengan pendapat dan nasehat Sufyan Ats-Tsauri.
Inilah fenomena yang mulia dari dakwah Salafush Shalih, dan dalam kitab-kitab yang menjelaskan biografi salafush shalih banyak dijumpai kisah-kisah yang indah (dalam kehidupan mereka), barangsiapa ingin mengambil contoh maka hendaklah mengambil contoh orang yang sudah meninggal dunia (para sahabat nabi), karena orang yang masih hidup tidak aman darinya fitnah.
[Majalah Ad-Dakwah Edisi 1863]
Saturday, November 18, 2006
Apakah Ideologi Diartikan Aqidah Jika Dilihat Dari Sudut Islam ?
SEKILAS MENGGALI IDEOLOGI DIHUBUNGKAN DENGAN AQIDAH DILIHAT DARI SUDUT ISLAM.
Dalam tulisan kali ini disajikan masalah yang menyangkut ideologi dihubungkan dengan aqidah dilihat dari kacamata Islam. Agar supaya pembicaraan kita ini tidak meluas ke segala penjuru, maka disini perlu ada pemagaran, yaitu melalui batasan-batasan yang diformulasikan kedalam bentuk pertanyaan yang bentuknya adalah apakah ideologi itu adalah aqidah kalau dilihat dari sudut pandang Islam?
Nah, dengan adanya formulasi pertanyaan diatas, kita akan mudah untuk berjalan menuju kearah tujuan guna mendapatkan jawabannya.
Sekarang kita mulai menggali apa yang disebut dengan panggilan atau penamaan ideologi itu.
Pertama kita bertanya, apa arti ideologi itu?
Nah, jawabannya adalah pengertian ideologi adalah rancangan yang tersusun didalam pikiran atau gagasan atau cita-cita yang membentuk dasar bangunan misalnya dalam teori politik atau ekonomi atau sosial kalau mengikuti apa yang tertuang dalam The Oxford guide to the English language. Atau dengan kata lain pengertian ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup kalau mengikuti apa yang tertuang dalam kamus besar bahasa Indonesia.
Nah sekarang, dengan membaca dan menggali pengertian yang terkandung dalam istilah atau kata ideologi, maka kita sudah dapat mengambil poin-poin atau butiran-butiran yang ada dan terkandung dalam istilah ideologi itu, yaitu ideologi didalamnya mengandung pertama, rancangan yang tersusun dalam pikiran, atau gagasan-gagasan, atau cita-cita. Kedua, bangunan atau asas atau dasar teori. Ketiga, pemberi arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
Jadi, lahirnya ideologi itu adalah karena adanya hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk konsep bersistem yang menjadi dasar atau asas teori yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup manusia.
Nah sekarang, kita telah menemukan inti utama dari ideologi yaitu ideologi adalah hasil pemikiran manusia.
Selanjutnya, karena kita akan mencari hubungan dan kaitan antara ideologi dengan aqidah, maka kita perlu menggali apa yang dimaksud atau diartikan dengan aqidah itu.
Nah, pengertian aqidah adalah kepercayaan atau keyakinan. Dilihat dari sudut Islam maka ditemukan bahwa aqidah yang dimaksud dalam Islam adalah kepercayaan atau keyakinan kepada Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya Muhammad saw.
Jadi, aqidah atau kepercayaan atau keyakinan ini menurut kacamata Islam adalah bukan lahir dari hasil pemikiran manusia, melainkan lahir karena Islam yang diturunkan oleh Allah SWT.
Nah sekarang, dapat kita mengambil poin-poin yang berbeda antara ideologi dan aqidah yaitu ideologi lahir karena hasil pemikiran manusia, sedangkan aqidah lahir karena Islam yang diturunkan oleh Allah SWT.
Jadi dapat kita menyimpulkan sekarang yaitu ideologi adalah buatan manusia, sedangkan aqidah lahir karena Allah SWT.
Nah disinilah sekarang kita sudah dapat memperoleh gambaran yang jelas bahwa ideologi adalah tidak sama dengan aqidah. Karena itu kalau ada orang yang menulis bahwa persaudaraan atau kekeluargaan itu adalah didasarkan pada "ideologi atau aqidah", maka penggunaan kata ideologi sama dengan istilah aqidah adalah tidak benar dan tidak tepat dalam penggunaannya. Mengapa ?
Karena kalau kekeluargaan atau persaudaraan didasarkan kepada ideologi, maka akan lahir pengertian persaudaraan dibawah bendera ideologi sosialisme atau persaudaraan dibawah bendera ideologi pancasila atau kekeluargaan dibawah bangunan ideologi kapitalisme.
Begitu juga kalau istilah aqidah diterapkan dalam kekeluargaan atau persaudaraan, maka akan ditemukan kekeluargaan atau persaudaraan berdasarkan aqidah Islam.
Nah, sekarang kalau kita hubungkan istilah ideologi dan aqidah ini dengan Sahih Muslim: 614 yang didalamnya menyinggung kata-kata "Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad", maka yang dinamakan dengan "aali Muhammad" atau "ahli keluarga Muhammad" adalah semua umat Islam yang memiliki aqidah Islam atau kepercayaan atau keyakinan kepada Islam.
Jadi, yang namanya "aali Muhammad" atau "ahli keluarga Muhammad" adalah makin luas, bukan hanya keluarga Nabi Muhammad yang diikat dengan perkawinan dan darah saja, melainkan seluruh maum muslimin dan muslimat yang memiliki aqidah Islam.
Kemudian, kalau juga "aali Muhammad" atau "ahli keluarga Muhammad" dihubungkan dengan istilah ideologi, maka akan lahir "ahli keluarga Muhammad" adalah orang-orang yang memiliki ideologi Islam, yaitu orang-orang yang mendasarkan konsepsi pikirannya kepada Islam bukan hanya orang-orang yang ada hubungannya dengan tali perkawinan atau turunan darah dengan Nabi Muhammad saw saja.
Jadi sekarang dapat diambil kesimpulan yaitu kalau pengertian ideologi dan aqidah dijadikan sebagai dasar acuan untuk mengerti dan memahami bangunan kata kata "aali Muhammad" atau "ahli keluarga Muhammad", maka akan ditemukan bahwa anggota keluarga Rasulullah saw adalah semua umat Islam yang beraqidah Islam dan semua umat Islam yang memiliki ideologi Islam, bukan hanya sekedar keluarga yang diikat oleh tali perkawinan dan darah keturunan dengan Rasulullah saw saja.
Terakhir, dengan berdasarkan pada apa yang dijelaskan diatas, maka sekarang kita sudah dapat memberikan jawaban atas pertanyaan apakah ideologi itu adalah aqidah kalau dilihat dari sudut pandang Islam?
Maka jawabannya yaitu ideologi adalah tidak sama dengan aqidah. Ideologi adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk konsep bersistem yang menjadi dasar atau asas teori yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup manusia. Sedangkan aqidah adalah bukan lahir dari hasil pemikiran manusia, melainkan lahir karena Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. Kemudian kalau ideologi dan aqidah dihubungkan dengan "aali Muhammad" atau "ahli keluarga Muhammad", maka anggota keluarga Rasulullah saw adalah semua umat Islam yang beraqidah Islam dan semua umat Islam yang memiliki ideologi Islam, bukan hanya sekedar keluarga yang diikat oleh tali perkawinan dan darah keturunan Rasulullah saw saja.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*
Thanks,
A.S
Tuesday, November 14, 2006
Mesjid Tua Kota Intan
temaram lampu itu selalu terindukan
mesjid tua dengan riasan baru beberapa tahun lalu
berlari-lari di luasnya halaman saat kecil ku
di antara daun-daun yang berguguran
dan belaian angin pagi yang mendinginkan suasana
masih berdiri tegak bangunan putih kecil
tempat soekarno berpidato
di mesjid tua
di tengah kota kecil
di kota intan
mesjid tua ini
akan selalu menjadi bagian tak terlupakan
bagi setiap pengunjungnya
---------------------------
keterangan foto :
Mesjid Agung Garut
Jawa Barat - Indonesia
tgl pengambilan :
23 September 2006
---------------------------
Thursday, November 09, 2006
Rumaisha binti Milhan
Beliau bernama Rumaisha, Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin ′Ady bin Najjar al-Anshariyyah al-Khazrajiyyah.
Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan dan cantik, dirinya dihiasi pula dengan ketabahan, kebijaksanan, lurus pemikirannya, dan dihiasi pula dengan kecerdasan berfikir dan kefasihan serta berakhlak mulia, sehingga nantinya cerita yang baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan memuji atasnya. Karena beliau memiliki sifat yang agung tersebut sehingga mendorong putra pamannya yang bernama Malik bin Nadlar untuk segera menikahinya. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah Anas bin Malik, salah seorang shahabat yang agung.
Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid muncul sehingga menyebabkan orang-orang yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus untuk bersegera masuk Islam.
Ummu Sulaim termasuk golongan pertama yang masuk Islam awal-awal dari golongan Anshar. Beliau tidak mempedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya didalam masyarakat jahiliyah penyembah berhala yang telah beliau buang tanpa ragu.
Adapun halangan pertama yang harus beliau hadapi adalah kemarahan Malik suaminya yang baru saja pulang dari bepergian dan mendapati istrinya telah masuk Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, "Apakah engkau murtad dari agamamu?". Maka enggan penuh yakin dan tegar beliau menjawab: "Tidak, bahkan aku telah beriman".
Suatu ketika beliau menuntun Anas (putra beliau) sembari mengatakan: "Katakanlah La ilaha illallah. (Tidak ada ilah yang haq kecuali Allah)". Katakanlah, "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah". (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) kemudian Anas mau menirukannya. Akan tetapi ayah Anas mengatakan, "Janganlah engkau merusak anakku". Maka beliau menjawab: "Aku tidak merusaknya akan tetapi aku mendidik dan memperbaikinya".
Perasaan gengsi dengan dosa-dosa menyebabkan Malik bin Nadlar menentukan sikap terhadap istrinya yang -menurutnya- keras kepala dan tetap ngotot berpegang kepada akidah yang baru, maka Malik tidak memiliki alternatif lain selain memberi khabar kepada istrinya bahwa dia akan pergi dari rumah dan tidak akan kembali hingga istrinya mau kembali kepada agama nenek moyangnya.
Manakala Malik mendengar istrinya dengan tekad yang kuat karena teguh terhadap pendiriannya mengulang-ulang kalimat "Ashadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", maka Malik pergi dari rumah dalam keadaan marah dan kemudian bertemu dengan musuh sehingga akhirnya dia dibunuh.
Ketika Ummu Sulaim mengetahui bahwa suaminya telah terbunuh, beliau tetap tabah mengatakan: "Aku tidak akan menyampih Anas sehingga dia sendiri yang memutusnya, dan aku tidak akan menikah sehingga Anas menyuruhku".
Kemudian Ummu Anas menemui Rasulullah yang dicintai dengan rasa malu kemudian beliau mengajukan agar buah hatinya, Anas dijadikan pembantu oleh guru manusia yang mengajarkan segala kebaikan. Rasulullah menerimanya sehingga sejuklah pandangan Ummu Sulaim karenanya.
Kemudian orang-orang banyak membicarakan Anas bin Malik dan juga ibunya dengan penuh takjub dan bangga. Begitu pula Abu Thalhah mendengar kabar tersebut sehingga menjadikan hatinya cenderung cinta dan takjub. Kemudian dia beranikan diri melamar Ummu Sulaim dan menyediakan baginya mahar yang tinggi. Akan tetapi, tiba-tiba saja pikirannya menjadi kacau dan lisannya menjadi kelu tatkala Ummu Sulaim menolak dengan wibawa dan penuh percaya diri dengan berkata: "Sesungguhnya tidak pantas bagiku menikah dengan orang musyrik. Ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa tuhan-tuhan kalian adalah hasil pahatan orang dari keluarga fulan, dan sesungguhnya seandainya kalian mau membakarnya maka akan terbakarlah tuhan kalian".
Abu Thalhah merasa sesak dadanya, kemudian dia berpaling sedangkan dirinya seolah-olah tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat dan dia dengar. Akan tetapi cintanya yang tulus mendorong dia kembali pada hari berikutnya dengan membawa mahar yang lebih banyak, roti maupun susu dengan harapan Ummu Sulaim akan luluh dan menerimanya.
Akan tetapi Ummu Sulaim adalah seorang da′iyah yang cerdik yang tatkala melihat dunia menari-nari dihadapannya berupa harta, kedudukan dan laki-laki yang masih muda, dia merasakan bahwa keterikatan hatinya dengan Islam lebih kuat dari pada seluruh kenikmatan dunia. Beliau berkata dengan sopan: "Orang seperti anda memang tidak pantas ditolak, wahai Abu Thalhah, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan saya adalah seorang muslimah sehingga tidak baik bagiku menerima lamarnmu". Abu Thalhah bertanya: "lantas apa yang anda inginkan?", beliau balik bertanya: "Apa yang saya inginkan?". Abu Thalhah bertanya: "apakah anda menginginkan emas atau perak". Ummu Sulaim berkata: "Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas ataupun perak akan tetapi saya menginginkan agar anda masuk Islam"."Kepada siapa saya harus datang untuk masuk Islam?", tanya Abu Thalhah. Beliau berkata: "Datanglah kepada Rasulullah untuk itu!". Maka pergilah Abu Thalhah untuk menemui Nabi yang tatkala itu sedang duduk-duduk bersama para sahabat. Demi melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah bersabda: "Telah datang kepada kaliaan Abu Thalhah sedang sudah tampak cahaya Islam dikedua matanya".
Selanjutnya Abu Thalhah menceritakan kepada Nabi tentang apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim, maka da menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ummu sulaim berkata: "Demi Allah! orang yang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hannya saja engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta yang selain dari itu".
Sungguh ungkapan tersebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan mengisi hati Abu Thalhah, "sungguh Ummu Sulaim telah bercokol di hatinya secara sempurna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cerdas, dan apakah dia akan mendapatkan yang lebih baik darinya untuk diperistri, atau ibu bagi anak-anaknya?".
Tanpa terAsa lisan Abu Thalhah mengulang-ulang: "Aku berada diatas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah".
Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya, Anas dan beliau berkata dengan suka cita karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya: "Wahai Anas! Nikahkanlah aku dengan Abu thalhah". Kemudian beliaupun dinikahkan dengan Islam sebagai mahar.
Oleh karena itulah Tsabit meriwayatkan hadits dari Anas : "Aku belum pernah mendengar seorang wanitapun yang paling mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam".
Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thalhah dengan kehidupan suami-istri yang diisi dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan.
Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami isteri dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang pendidik yang utama dan seorang da′iyah.
Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang utama yakni Ummu Sulaim sehingga pada gilirannya beliau minum dari mata air nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim.
Marilah kita dengarkan penuturan Anas bin Malik yang menceritakan kepada kita bagaimana perlakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmennya terhadap al-Qur′an sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata : "Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya di kalangan Anshar Madinah, adapun harta yang paling disukainya adalah kebun yang berada di masjid, yang biasanya Rasulullah masuk ke dalamnya dan minum air jernih didalamnya". Tatkala turun ayat : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang kamu cintai". (Q.S. Ali ′Imran: 92).
Seketika Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah dan berkata: "Sesungguhnya Allah telah berfirman di dalam kitab-Nya (yang artinya),Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah kebunku, untuk itu aku sedekahkan ia untuk Allah dengan harapan mendapatkan kebaikan dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah sesuka kamu, wahai Rasulullah".
Rasulullah bersabda : "Bagus..bagus.. itulah harta yang menguntungkan. Itulah harta yang paling menguntungkan..aku telah mendengar apa yang kamu katakan dan aku memutuskan agar engkau sedekahkan kepada kerabat-kerabatmu".
Maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada sanak kerabat dan anak-anak dari pamannya.
Allah memuliakan kedua suami-istri ini dengan seorang anak laki-laki sehingga keduanya sangat bergembira dan anak tersebut menjadi penyejuk pandangan bagi keduanya dengan pergaulannya dan tingkah lakunya. Anak tersebut diberi nama Abu Umair. Suatu ketika anak tersebut bermain-main dengan seekor burung lalu burung tersebut mati. Hal itu menjadikan anak tersebut bersedih dan menangis. Pada waktu itu, Rasulullah melewati dirinya maka beliau berkata kepada anak tersebut untuk menghibur dan bermain dengannya: "Wahai Abu Umair! Apa yang dilakukan oleh anak burung pipit itu?".
Allah berkehendak untuk menguji keduanya dengan keduanya dengan seorang anak yang cakap dan dicintai, suatu ketika Abu Umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahnya apabila kembali dari pasar, pertama kali yang dia kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum merasa tenang sebelum melihat anaknya.
Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal. Maka ibu Mu′minah yang sabar ini menghadapi musibah tersebut dengan jiwa yang ridla dan baik. Sang ibu membaringkannya ditempat tidur sambil senantiasa mengulangi kalimat: "Inna lillahi wa inna ilahi raji′un". Beliau berpesan kepada anggota keluarganya: "Janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalha hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya".
Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya, kemudian dengan bersemangat menyambut suaminya dan menjawab pertanyaannya seperti biasanya: "Apa yang dilakukan oleh anakku?". Beliau menjawab: "dia dalam keadaan tenang".
Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga Abu Thalhah bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya, dan dia tidak mau mendekat karena khawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulaim mendekati beliau dan mempersiapkan malam baginya, lalu beliau makan dan minum sementara Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya, beliau mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-wangian, kemudian keduanyapun berbuat sebagai mana layaknya suami istri.
Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan mencampurinya serta merasa tenang dengan keadaan anaknya maka beliau memuji Allah karena tidak membuat risau suaminya dan beliau biarkan suaminya terlelap dalam tidurnya.
Tatkala diakhir malam beliau berkata kepada suaminya: "Wahai Abu Thalhah! bagaimana pendapatmu seandainya suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipannya tersebut, maka bolehkah bagi keluarga tersebut untuk menolaknya?". Abu Thalhah menjawab: "Tentu saja tidak boleh". Kemudian Ummu Sulaim berkata lagi: "Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?". Abu Thalhah berkata: "Berarti mereka tidak adil". Ummu Sulaim berkata: "Sesunggguhnya anakmu titipan dari Allah dan Allah telah mengambilnya, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalnya anakmu".
Abu Thalhah tidak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah: "kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?".
Beliau ulang-ulang kata-kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja′ (Inna lillahi wa inna ilahi raji′un) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur-angsur jiwanya menjadi tenang.
Keesokan harinnya beliau pergi menghadap Rasulullah dan mengabarkan kapada Rasulullah tentang apa yang terjadi, kemudian Rasulullah bersabda: "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua". Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau utus Anas bin Malik untuk membawanya kepada Rasulullah selanjutnya Anas berkata: "Wahai Rasulullah, bahwasanya Ummu Sulaim melahirkan tadi malam". Maka Rasulullah mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut (menggosokan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas berkata: "Berilah nama baginya, wahai Rasulullah!". Beliau bersabda: "namanya Abdullah" .
Ubbabah, salah seorang rijal sanad berkata: "Aku melihat dia memiliki tujuh anak yang kesemuanya hafal al-Qur`an". Diantara kejadian yang mengesankan pada diri wanita yang utama dan juga suaminya yang mukmin adalah bahwa Allah menurunkan ayat tentang mereka berdua dimana umat manusia dapat beribadah dengan membacanya. Abu Hurairah berkata: "Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah" dan berkata: "Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar". Maka Rasulullah menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada dirumahnya, namun beliau menjawab: "Demi Dzat Yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa kecuali hanya air, kemudian beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya tidak berbeda. Seluruhnya menjawab dengan jawaban yang sama". Kemudian Rasulullah bersabda: "Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga Allah merahmatinya". Maka berdirilah salah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah seraya berkata: "Saya wahai Rasulullah". Maka dia pergi bersama tamu tadi menuju rumahnya kemudian sahabat Anshar tersebut bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim): "Apakah kamu memiliki makanan?". Istrinya menjawab: "Tidak punya melainkan makanan untuk anak-anak." Abu Thalhah berkata: "Berikanlah minuman kepada mereka dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tamu saya masuk maka akan saya perlihatkan bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah berada di tangan maka berdirilah. Mereka duduk-duduk dan tamu makan hidangan tersebut sementara kedua suami-istri tersebut bermalam dalam keadaan tidak makan. Keesokan harinya keduanya datang kepada Rasulullah lalu Rasulullah bersabda: "Sungguh Allah takjub (atau tertawa) terhadap fulan dan fulanah". Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
"Sungguh Allah takjub terhadap apa yang kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian".
Di akhir hadits disebutkan: Maka turunlah ayat (artinya): "Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)". (Q.S. al-Hasyr:9).
Abu Thalhah tidak kuasa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera memberikan khabar gembira tersebut kepada istrinya sehingga sejuklah pandangan matanya karena Allah menurunkan ayat tentang mereka dalam al-Qur`an yang senantiasa dibaca.
Ummu Sulaim tidak hanya cukup menunaikan tugasnya untuk mendakwahkan Islam dengan penjelasan saja, bahkan beliau antusias untuk turut andil dalam berjihad bersama pahlawan kaum muslimin. Tatkala perang Hunain tampak sekali sikap kepahlawanannya dalam memompa semangat pada dada mujahidin dan mengobati mereka yang luka. Bahkan beliau juga mempersiapkan diri untuk melawan dan menghadapi musuh yang akan menyerangnya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya dan Ibnu Sa′ad di dalam Thabaqat dengan sanad yang shahih bahwa Ummu Sulaim membawa badik (pisau) pada perang Hunain kemudian Abu Thalhah berkata: "Wahai Rasulullah!" ini Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah apabila ada orang musyrik yang mendekatimu maka akan robek perutnya dengan badik ini".
Anas berkata: "Rasulullah berperang bersama Ummu Sulaim dan para Wanita dari kalangan Anshar, apabila berperang, para wanita tersebut memberikan minum kepada mujahidin dan mengobati yang luka".
Begitulah Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah, beliau tidak pernah masuk rumah selain rumah Ummu Sulaim bahkan Rasulullah telah memberi kabar gembira bahwa beliau termasuk ahli surga. Beliau bersabda : "Aku masuk ke surga", tiba-tiba mendengar sebuah suara, maka aku bertanya: "Siapa itu?". Mereka berkata: "Dia adalah Rumaisha′ binti Malhan ibu dari Anas bin Malik".
Selamat untukmu wahai Ummu Sulaim, karena anda memang sudah layak mendapatkan itu semua, engkau adalah seorang istri shalihah yang suka menasehati, seorang da′iyah yang bijaksana, seorang pendidik yang sadar sehingga memasukkan anaknya ke dalam madrasah nubuwwah tatkala berumur sepuluh tahun yang pada gilirannya beliau menjadi seorang ulama diantara ulama Islam, selamat untukmu..selamat untukmu
(Diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi shallallahu ′alaihi wa sallam dengan sedikit perubahan, penerbit Pustaka AT-TIBYAN, Hal. 204)
Keistimewaan Wanita : Syahid karena mati hamil
Dari Jabir bin 'Atik, Rasulullah saw. bersabda: "Mati syahid ada tujuh, selain mati terbunuh dalam perang fii sabilillah, yaitu: (1) mati karena penyakit tha'un , (2) mati karena tenggelam ,(3) mati karena penyakit lambung ,(4) mati karena sakit perut, (5) mati karena terbakar, (6) mati karena tertimpa reruntuhan, dan (7) perempuan yang mati karena hamil/melahirkan." (HR.Ahmad,Abu Dawud,Nasa'i,dan Malik)
Rasulullah saw. menjelaskan betapa istimewanya nasib wanita yang hamil jika dia meninggal dalam masa hamilnya. Allah memberikan jaminan kepada yang bersangkutan mendapatkan surga sebagaimana janji yang Allah berikan kepada kaum laki-laki yang mati syahid di medan perang untuk membela agama Allah. Kedudukan yang demikian tinggi bagi wanita yang meninggal saat melahirkan menunjukkan betapa besar harkat yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada kaum wanita.
Kaum wanita mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pengembangbiakan jenis manuasia yang Allah tempatkan di muka bumi ini. Pengembangbiakan hanya dapat berjalan secara wajar melalui kehamilan kaum wanita dari suami-suami mereka. Kesediaan kaum wanita untuk hamil dengan resiko yang sangat tinggi layak sekali, bahkan sudah seharusnya mendapatkan balasan yang besar pula dari Allah. Balasan yang seimbang dengan resiko yang dipikul oleh kaum wanita yang hamil adalah surga di akhirat kelak.
Kaum wanita muslim seharusnya menyadari bahwa kehamilan mempunyai fungsi yang sangat strategis karena alasan berikut:
1. Dengan kehamilan, manusia mengemban amanat Allah untuk mengembangbiakkan jenis manusia yang Allah tempatkan di muka bumi ini sebagaimana Allah firmankan dalam QS. An-Nisaa (4):1
"Wahai manusia, taatlah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari satu diri dan Dia menciptakan dari satu diri itu pasangannya dan dari mereka berdua Dia kembang biakkan laki-laki dan wanita yang banyak..."
2. Kehamilan merupakan buah dari penyaluran dorongan seksual laki-laki dan wanita secara bersih dan sehat pada tempat yang telah Allah siapkan bagi tumbuhnya benih baru manusia. Dengan demikian, pergaulan antara laki-laki dan wanita terikat dalam satu tanggung jawab yang pasti untuk membangun kehidupan yang dikehendaki olah Allah
3. Kehamilan menyempurnakan sifat kewanitaan seorang wanita karena dengan kehamilan itu ia dapat merasakan proses memelihara anak yang ada di dalam kandungan yang kelak akan lahir ke bumi. Anak-anak ini memerlukan pelindungan, pemeliharaan, kasih sayang, asuhan, dan didikan secara terus menerus dan tanpa kenal lelah. Untuk itu, perlulah wanita memiliki pengalaman dengan penuh penderitaan dalam menghayati proses kejadian manusia supaya kelak setelah anaknya lahir dapat melindunginya dengan sempurna. Dengan penghayatan, pengalaman, dan penderitaan yang selalu melekat pada diri wanita yang hamil, tumbuhlah perasaan kasih sayang yang sangat mendalam kepada putra-putrinya sehingga mereka terus didampingi dan diharapkan pada tujuan hidup yang berbahagia
Karena alasan-alasan inilah Allah memberikan kelebihan kepada kaum wanita sehingga bila ia mati dalam masa hamilnya, ia mendapatkan keistimewaan yang luar biasa dihadapan Allah. Ia menjadi seorang syahid yang mendapatkan jaminan surga. Akan tetapi, bila kehamilannya dari hasil zina, matinya saat hamil atau melahirkan ini adalah mati sia-sia.
Wednesday, November 08, 2006
Saat di luar sholat, kau menghadapkan wajahmu kepada siapa ?
INNA SHOLATI, WANUSUKI, WAMAHYAYA, WAMMAMATI, LILLAHI ROBBIL ALAMIN
begitulah kalimat yang sering kita baca dalam sholat kita
ada pertanyaan besar dalam diriku untuk diriku dan dirimu
"saat kau sholat kau menghadapkan wajahmu kepada siapa ?"
dengan cepat kau jawab : "4JJ1"
"saat di luar sholat kau menghadapkan wajahmu kepada siapa ?" dengan mengeryitkan dahi engkau terdiam lalu membisu... setelah hening sesaat kau berujar : "seharusnya kepada 4JJ1 juga kan ?" ... "nah loh, bukan seharusnya.. emang harus.. jadi selama ini, di luar sholat engkau menghadapkan wajahmu kepada siapa ?"
sesungguhnya, sholatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Rabb Semesta Alam
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (51. Adz Dzaariyaat :56)
manusia diciptakan untuk mengabdikan diri (ibadah) kepada 4JJ1 saja dan ibadah hanya ada di dalam kehidupan ini, di dunia ini, di bumi yang kita pijak ini. Kehidupan berada di antara siang(terang) dan malam(gelap), tak ada ruang atau waktu yang kosong di antara kedua itu.
tak pernah kutemukan satu ayat pun menghadap diri Nya hanya paruh waktu kehidupan, hanya saat sholat saja, zakat saja, puasa saja, haji saja atau gabungan dari keempatnya. namun di antaranya juga haruslah dalam rangka mengabdikan diri kepada Nya.
"Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan."
"Dunia ini hanyalah jembatan menuju akhirat, sebutan apa yang pantas untuk orang-orang yang membangun bangunan pencakar langit di atas jembatan ?".
"Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar." Umar bin Khatab
oh.. yaaa 4JJ1...
jadikanlah aku termasuk orang yang bisa menjaga lidahku
jadikanlah aku termasuk orang yang takut kepada Mu saja
jadikanlah aku termasuk orang yang bisa menasehati diriku dan sahabatku
jadikanlah aku termasuk orang yang bersabar dalam menjalankan syariat Mu
jadikanlah aku termasuk orang yang ikhlas dengan ketentuan dari Mu
Kemampuan Memahami Ayat-ayat Allah
Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Rabbmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nahl, 27:93)
Masyarakat zaman sekarang memperlakukan Al-Qur′an sama sekali berbeda dengan tujuan yang sebenarnya dari diturunkannya Al-Qur′an. Secara umum, di dunia Islam sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al-Qur′an.
Sebagian di antara mereka seringkali menggantukan Al-Qur′an yang dibungkus dengan sampul yang bagus pada dinding rumah mereka dan orang-orang tua sesekali membacanya. Mereka beranggapan bahwa Al-Qur′an melindungi orang yang membacanya dari "kemalangan dan kesengsaraan". Dengan kepercayaan ini mereka memperlakukan Al-Qur′an seperti halnya jimat penangkal sial.
Namun ayat-ayat Al-Qur′an menyatakan bahwa tujuan diwahyukannya Al-Qur′an sama sekali berbeda dengan apa yang tersebut di atas. Sebagai contoh, dalam surat Ibrahim ayat 52 Allah menyatakan: "(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran". Di banyak ayat yang lain Allah menegaskan bahwa salah satu tujuan paling utama diturunkannya Al-Qur′an adalah untuk mengajak manusia berpikir dan merenung.
Dalam Al-Qur′an Allah mengajak manusia untuk tidak mengikuti secara buta kepada kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan masyarakat. Akan tetapi memikirkannya dengan terlebih dahulu menghilangkan segala prasangka, hal-hal yang tabu dan yang mengikat pikiran mereka.
Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada, apa tujuan hidupnya, mengapa ia suatu saat akan mati dan apa yang terjadi setelah kematian. Ia hendaknya mempertanyakan bagaimana dirinya dan seluruh alam semesta menjadi ada dan bagaimana keduanya tersu-menerus ada. Ketika melakukan hal ini, ia harus membebaskan dirinya dari segala ikatan dan prasangka.
Dengan berpikir menggunakan akal dan nurani yang terbebaskan dari segala ikatan sosial, ideologis dan psikologis; seseorang pada akhirnya akan merasakan bahwa seluruh alam semesta termasuk dirinya telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Maha Tinggi. Bahkan ketika ia mengamati tubuhnya sendiri atau segala sesuatu di alam ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan dan kebijaksanaan dalam perancangannya.
Al-Qur′an memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Dalam Al-Qur′an Allah memberitahu kepada kita apa yang hendaknya kita renungkan dan amati. Dengan cara perenungan yang diajarkan dalam Al-Qur′an, seseorang yang memiliki keimanan kepada Allah akan merasakan secara lebih baik kesempurnaan, hikmah abadi, ilmu dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Ketika orang yang beriman mulai berpikir menurut cara yang diajarkan Al-Qur′an, ia segera menyadari bahwa keseluruhan alam semesta adalah sebuah isyarat karya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa "alam semesta adalah sebuah hasil kreasi seni, dan bukan pencipta kreasi seni itu sendiri." Setiap karya seni memperlihatkan keahlian yang khas dan unik serta menunjukkan pesan-pesan dari sang pembuatnya.
Dalam Al-Qur′an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda-benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada keberadaan dan ke-Esaan Allah beserta Sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-Qur′an segala sesuatu yang menunjukkan kepada suatu kesaksian (adanya sesuatu yang lain) disebut sebagai "ayat-ayat", yang berarti "bukti yang telah teruji (kebenarannya), pengetahuan mutlak dan pernyataan kebenaran." Jadi ayat-ayat Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta yang memperlihatkan dan mengkomunikasikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Mereka yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagad raya hanya tersusun atas ayat-ayat Allah.
Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat ayat-ayat Allah…Dengan demikian orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakannya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan arti keberadaan dan kehidupannya, dan menjadi orang yang beruntung (dunia dan akhirat).
Buku ini tidak akan pernah mampu memuat keseluruhan ayat-ayat Allah yang tak terhitung jumlahnya, tidak juga buku karya yang lain. Segala sesuatu, nafas manusia, perkembangan politik dan sosial, keserasian kosmik di alam semesta, atom yang merupakan materi terkecil, semuanya adalah ayat-ayat Allah, dan semuanya berjalan di bawah kendali dan pengetahuan-Nya, mentaati hukum-hukum-Nya. Menemukan dan mengenal ayat-ayat Allah memerlukan kerja keras individu. Setiap orang akan menemukan dan memahami ayat-ayat Allah sesuai dengan tingkat pemahaman dan nalarnya masing-masing.
Tidak diragukan, sejumlah petunjuk mungkin akan membantu. Pertama-tama, seseorang dapat mempelajari subyek-subyek tertentu yang ditekankan dalam Al-Qur′an dalam rangka memperoleh mentalitas berpikir yang memungkinkannya untuk dapat merasakan seluruh alam semesta sebagai penjelmaan dari segala sesuatu ciptaan Allah.
Buku ini ditulis untuk mengetengahkan beberapa masalah yang kita diperintahkan agar merenungkannya dalam Al-Qur′an. Ayat-ayat Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 10-17:
10) Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
11) Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
12) Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya),
13) dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
14) Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
15) Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
16) dan Dia ciptakan) tanda-tanda (penujuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
17) Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Di dalam Al-Qur′an, Allah mengajak orang-orang yang berakal agar memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan sebagai hasil "evolusi", "kebetulan", atau "keajaiban alam" belaka.
190) Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al ′Imraan, 3:191)
Sebagaimana kita lihat dalam ayat tersebut, orang-orang yang berakal melihat ayat-ayat Allah dan berusaha untuk memahami ilmu, kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas, dan ciptaan-Nya sempurna tanpa cacat.
Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah tanda-tanda penciptaan oleh Allah
Tuesday, November 07, 2006
andai saja ada pelangi
andai saja di gunung itu ada pelangi
tentu aku akan teringat tentang suatu masa
yang tak mungkin aku lupakan begitu saja
ia tiba saat hujan mulai mereda
andai saja semua keindahan tak pernah terlupa
tentu senyuman ini selalu terlukis di wajah ku ini
karena bibir ini selalu basah bertasbih pada Nya
memuji karena kenikmatan yang tiada henti mengaliri
namun ternyata,
aku termasuk makhluk pelupa
lupa atas nikmat yang terberi
mungkin setiap nikmat yang terberi
aku pandang seperti lalat di batang hidung ku
yang dengan mudahnya aku usir
padahal itu adalah anugerah tanpa henti
mungkin setiap luka yang terberi
aku pandang seperti duduk di bawah gunung
seakan siap menindih tubuh lemah ku
padahal itu hanya bintik hitam di sehasta kain putih
andai saja di gunung itu ada pelangi
mewarnai setiap atap langit
menelusup tuk menerangi hati
melenyapkan setiap resah
melerai setiap gundah
namun jika di gunung itu tak ada pelangi
aku masih bisa mengingat apa yang telah terjadi saat itu
``````````````````````````````````````````````````
keterangan foto :
:.: gunung GUNTUR :.:
:.: Garut - Jawa Barat - Indonesia :.:
:.: tgl pengambilan : 30 November 2006 :.:
``````````````````````````````````````````````````
Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur
Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir.
Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah:
"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47)
Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini.
Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat tinggalnya.
Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya.
Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat. Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah.
Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19)
Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir?Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya.
"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Ar-Ruum, 30: 54)
Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh.
Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda.
Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah.
Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan.
Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran darinya.
Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan
Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur´an adalah sikap memaafkan:
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (QS. Al Qur´an, 7:199)
Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)
Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:
"... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. At Taghaabun, 64:14)
Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ´Imraan, 3:134)
Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.
Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:
Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.
Sebuah tulisan berjudul Forgiveness [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.
Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan − sebagaimana segala sesuatu lainnya − haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur´an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.
Catatan tambahan ::
1.Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
2.Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Friday, November 03, 2006
meniti jalan kehidupan
aku berjalan sendiri di atas galangan sawah
menapaki setiap kasarnya tanah kehidupan
meski aku berjalan dari hulu hingga hilir
sekedar mencari ranting-ranting kering, bambu-bambu terbuang
pernahkah kau sadari
meski dalam kepayahan...
aku masih bisa menikmati hijaunya padi
aku masih bisa menyapa mentari pagi
aku masih bisa menatap langit biru
meski dalam kepayahan...
aku tak lantas menangis meratap
aku tak lantas meronta mengeluh
meski dalam kepayahan...
aku tetap semangat melanjutkan hidup
bagaimana dengan mu ?
``````````````````````````````````````````````````
keterangan foto :
:.: kampung LAMPUYANG :.:
:.: kelurahan karang pawitan kecamatan wanaraja :.:
:.: Garut - Jawa Barat - Indonesia :.:
:.: tgl pengambilan : 23 September 2006 :.:
``````````````````````````````````````````````````
Kerja Cuma Selingan
Semoga Bermanfaat.....
Kerja itu cuma selingan, Untuk menunggu waktu shalat..."
Ketika Pak Heru, atasan saya, memerintahkan untuk mencari klien yang bergerak di bidang interior, seketika pikiran saya sampai kepada Pak
Azis. Meskipun hati masih meraba-raba, apa mungkin Pak Azis mampu membuat kios internet, dalam bentuk serupa dengan anjungan tunai mandiri dan dari kayu pula, dengan segera saya menuju ke bengkel workshop Pak Azis.
Setelah beberapa kali keliru masuk jalan, akhirnya saya menemukan bengkel Pak Azis, yang kini ternyata sudah didampingi sebuah masjid.
Pak Azispun tampak awet muda, sama seperti dulu, hanya pakaiannya yang sedikit berubah. Kali ini dia selalu memakai kopiah putih. Rautnya cerah, fresh, memancarkan kesan tenang dan lebih santai.Beungeut wudhu-an ( wajah sering wudhu), kata orang sunda. Selalu bercahaya.
Hidayah Allah ternyata telah sampai sejak lama, jauh sebelum Pak Azis berkecimpung dalam berbagai dinamika kegiatan Islam. Hidayah itu bermula dari peristiwa angin puting-beliung, yang tiba-tiba menyapu seluruh atap bengkel workshop-nya, pada suatu malam kira-kira lima tahun silam. "Atap rumah saya tertiup angin sampai tak tersisa satupun. Terbuka semua." cerita Pak Azis."Padahal nggak ada hujan, nggak ada tanda-tanda bakal ada angin besar. Angin berpusar itupun cuma sebentar saja."
Batin Pak Azis bergolak setelah peristiwa itu. Walau uang dan pekerjaan masih terus mengalir kepadanya, Pak Azis tetap merasa gelisah, stres & selalu tidak tenang. "Seperti orang patah hati, Ndra. Makan tidak enak, tidur juga susah."cerita Pak Azis lagi. Lama-kelamaan Pak Azis menjadi tidak betah tinggal di rumah dan stres.
Padahal, sebelum kejadian angin puting-beliung yang anehnya hanya mengenai bengkel workshop merangkap rumahnya saja, Pak Azis merasa hidupnya sudah sempurna. Dari desainer grafis hingga jadi arsitek.
Dengan keserbabisaannya itu, pak Azis merasa puas dan bangga, karena punya penghasilan tinggi. Tapi setelah peristiwa angin puting-beliung itu, pak Azis kembali bangkrut, beliau bertanya dalam hati : "apa sih yang kurang" apa salahku " ?
Akhirnya pak Azis menekuni ibadah secara mendalam "Seperti musafir atau walisongo, saya mendatangi masjid-masjid di malam hari. Semua masjid besar dan beberapa masjid di pelosok Bandung ini, sudah pernah saya inapi." Setahun lebih cara tersebut ia jalani, sampai kemudian akhirnya saya bisa tidur normal, bisa menikmati pekerjaan dan keseharian seperti sediakala.
"Bahkan lebih tenang dan santai daripada sebelumnya."
"Lebih tenang ? Memang Pak Azis dapet hikmah apa dari tidur di masjid itu ?"
"Di masjid itu 'kan tidak sekedar tidur, Ndra. Kalau ada shalat malam, kita dibangunkan, lalu pergi wudhu dan tahajjud. Karena terbiasa, tahajjud juga jadi terasa enak. Malah nggak enak kalau tidak shalat malam, dan shalat-shalat wajib yang lima itu jadi kurang enaknya, kalau saya lalaikan. Begitu, Ndra."
"Sekarang tidak pernah terlambat atau bolong shalat-nya, Pak Azis ?"
"Alhamdulillah. Sekarang ini saya menganggap bhw yg utama itu adalah shalat.
Jadi, saya dan temen-temen menganggap kerja itu cuma sekedar selingan aja."
"Selingan ?"
"Ya, selingan yang berguna. Untuk menunggu kewajiban shalat, Ndra."
Untuk beberapa lama saya terdiam, sampai kemudian adzan ashar mengalun jelas dari masjid samping rumah Pak Azis. Pak Azis mengajak
saya untuk segera pergi mengambil air wudhu, dan saya lihat para pekerjanyapun sudah pada pergi ke samping rumah, menuju masjid. Bengkel workshop itu menjadi lengang seketika. Sambil memandang seluruh ruangan bengkel, sambil berjalan menuju masjid di samping workshop, terus terngiang-ngiang di benak saya : "Kerja itu cuma selingan, Ndra. Untuk menunggu waktu shalat..."
Sepulangnya dari tempat workshop, sambil memandang sibuknya lalu lintas di jalan raya, saya merenungi apa yang tadi dikatakan oleh Pak Azis. Sungguh trenyuh saya, bahwa setelah perenungan itu, saya merasa sebagai orang yang sering berlaku sebaliknya. Ya, saya lebih sering menganggap shalat sebagai waktu rehat, cuma selingan, malah saya cenderung lebih mementingkan pekerjaan kantor. Padahal sholat yang akan bantu kita nantinya...(sungguh saya orang yang merugi..) Kadang-kadang waktu shalat dilalaikan sebab pekerjaan belum selesai, atau rapat dengan klien dirasakan tanggung untuk diakhiri. Itulah penyebab dari kegersangan hidup saya selama ini. Saya lebih semangat dan habis-habisan berjuang meraih dunia, daripada mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan kekal di akhirat nanti.padahal dunia ini akan saya tinggalkan..juga ..........kenapa saya begitu bodoh.. Saya lupa, bahwa shalat adalah yang utama. Mulai saat itu saya berjanji untuk mulai shalat di awal waktu.. Tolong Anda mengirimkan email ini ke temen Anda sesama muslim mungkin ada gunanya bagi mereka.
----------------------------------------------
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah
yang paling banyak manfaatnya bagi
orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
----------------------------------------------
Thanks
Shakirah Aludra Fellah
Ibuku Perkasa, Pencari Nafkah
Saya trenyuh melihatnya menggendong barang dagangan sedemikian banyak.
Bakul, tampah, kipas, aseupan semua barang terikat selembar kain panjang lusuh. Berjejalan membebani punggung.
Perniagaannya dimulai selepas subuh. Perjalanan yang kerap menaiki mobil bak terbuka yang ringkih, namun acapkali juga ditempuh dengan meretas jalan menurun dan mendaki selama dua jam untuk tiba di tempat tujuan. Transaksi dicari dengan cara berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu desa melewati desa berikutnya. Tawar menawar yang ketat dari pembeli hanya menghasilkan laba dua ribu rupiah per-item barang. Tak jarang malah hanya dijual modal saja, daripada dibawa pulang kembali akan sangat berat dan repot ujarnya.
Selepas dzuhur, dia akan kembali ke rumah. Menjalani tugas berikutnya Sebagai seorang ibu dari tujuh orang anak. Suaminya sendiri bekerja sebagai penjaga kebun dan bercocok tanam pada ladang seadanya.
Kedatangannya di rumah saya rutin pada pukul 11 siang. Tanpa bosan dia menjajakan barang dagangannya. Ada beberapa yang kami beli. Namun sayangnya, kami tidak membutuhkan untuk membeli barang tersebut setiap hari. Akan tetapi kami kadang mengharapkan kedatangannya. Paling tidak dia bisa mengaso di rumah kami. Merasakan semilir angin untuk mendinginkan badan yang tersengat terik.
Segelas teh manis dan dan sedikit kue (jika ada) menemaninya melepas lelah.
Kemudian, ibu saya akan menghidangkan sepiring nasi dengan lauk yang kami punya hari itu. Kami semua memintanya untuk tidak sungkan datang.
Mudah-mudahan kami bisa menyuguhkan jamuan itu setiap kali dia ada. Kasihan jika laba yang tak seberapa harus berkurang lagi untuk biaya makan.
Setelah beberapa minggu tidak muncul dikarenakan sakit, kali ini beliau datang seperti biasanya. Untunglah nasi dan lauk sudah matang. Segelas minum dan sepiring nasi hangat usai dinikmatinya. Sebelum beranjak pergi dia memaksa kami untuk menerima bakul dagangannya sebagai tanda terima kasih. Saya menolak dengan halus, sungguh kami belum membutuhkan itu.
"Kalau begitu tampah saja ya, ambil Neng,?Ebeliau masih memaksa "Nggak usah Bu, terima kasih. Nanti kalau kami butuhkan, saya akan bilang ke Ibu.
Jangan sungkan-sungkan, ibu mampir ya kalau sedang lewat ke sini.?E Dengan rasa segan yang tertahan dia kembali melanjutkan perjalanannya.
Tumpukan barang yang menggunung di pungung mengharuskan dia untuk berkeliling lebih jauh.
Saya hanya hendak bercermin dan memaksa hati agar bisa belajar dari setiap peran yang dijalani seorang wanita dari berbagai peran. Yaitu sosok wanita yang menjalani profesi sebagai ibu sekaligus pengemban tanggung jawab strategis sebagai pencari nafkah.
Ibu itu sungguh perkasa. Berkeliling dalam segala cuaca. Ruang kerjanya adalah alam bebas yang tidak bisa disetel berapa derajat suhu yang diinginkannya. Perjalanan berkilo-kilo itu ditempuh tanpa tahu pasti berapa banyak nilai rupiah yang akan dibawa pulang.
Kini, bandingkan dengan kita yang bekerja di dalam ruangan berpendingin.
Kulit kita jarang tersentuh sengatan matahari. Kita tidak harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapat gaji yang sudah pasti nilainya. Walaupun besaran penghasilan kita tidak sama, sebagian besar dari kita masih mendapatkan tunjangan makan, tunjangan pengobatan dan kenikmatan lain yang nyaris tidak dimiliki oleh para pedagang kecil yang berkeliling itu.
Mungkin benar, tidaklah adil jika saya membandingkan dengan sosok ibu tersebut. Latar pendidikan kita berbeda, tingkat keterampilannya pun berbeda. Namun, jika selama ini gelisah dan rasa kurang sering menyergap, ke manakah perginya rasa syukur ini?
Ibu Perkasa Pencari Nafkah
Oleh Indah Prihanande
Koshiba, peraih Nobel Fisika yang nilai fisikanya jelek
Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Waktu remaja Koshiba bercita-cita untuk bergabung dengan sekolah militer (mengikuti jejak ayahnya), atau menjadi seorang musisi (ia senang mendengarkan musik klasik dan membaca novel-novel bersejarah). Tetapi satu bulan sebelum ia mengikuti ujian masuk sekolah militer Koshiba terserang penyakit polio yang memaksanya untuk banyak berbaring dan beristirahat. Masa-masa pemulihannya dilalui dengan membaca buku tentang ide-ide besar fisikawan terkenal, Albert Einstein, yang diberikan oleh gurunya. Tetapi keputusannya untuk mendalami fisika justru dipicu oleh kata-kata guru lain yang tidak sengaja didengarnya. Menurut guru itu, Koshiba tidak mungkin bisa mempelajari dan memahami fisika karena nilai-nilainya di mata pelajaran fisika dan matematika itu sangat buruk. Komentar ini menempatkan Koshiba pada kondisi kritis. Dalam kondisi kritis ini terjadilah mestakung (seMESTA menduKUNG) dimana sel-sel dalam tubuhnya bereaksi, hatinya mulai panas dan motivasinya bangkit. Koshiba nekat memilih jurusan fisika di Tokyo University. Ia mau membuktikan pada gurunya bahwa ia mampu menguasai fisika!
Saat pertama kali ia mendaftar di Tokyo University, Koshiba ditolak. Apakah Koshiba menyerah? Tidak! Keinginan untuk melepaskan diri dari "penghinaan" sang guru membuatnya berusaha lebih keras lagi. Dan lihatlah….mestakung terjadi lagi. Usahanya yang pantang menyerah itu pun membuahkan hasil. Koshiba akhirnya diterima di Tokyo University yang merupakan universitas yang sangat bergengsi di Jepang. Kuliah di Tokyo University bukan tanpa tantangan. Koshiba bukan orang kaya, ia harus mencari uang untuk biaya sekolahnya. Ia juga harus membantu orang tuanya. Apakah tantangan ini membuat Koshiba menyerah? Tidak! Kembali terjadi mestakung = semesta mendukung, secara ajaib ia bisa mendapat pekerjaan dimana ia bisa belajar sambil bekerja. Banyak orang berpikir bahwa dengan kondisi belajar Koshiba seperti itu ia tidak akan lulus, namun nyatanya Koshiba berhasil lulus (1951).
Koshiba kemudian mendaftarkan diri ke University of Rochester, Amerika Serikat, dengan berbekal surat rekomendasi dari dosennya di Tokyo University yang secara jujur menyatakan: His results are not good, but he´s not that stupid. Secara ajaib -lagi-lagi mestakung-, ia bisa diterima di University of Rochester dan empat tahun kemudian Koshiba berhasil mendapatkan gelar Ph.D. Luar biasa!
Tidak sampai disitu saja, secara ajaib juga >>mestakung lagi<< pemerintah Jepang mendukung Koshiba untuk melakukan penelitian di bidang neutrino dengan membangun sebuah detektor Kamiokande yang sangat mahal. Melalui detektor ini Koshiba berhasil menemukan neutrino yang membawanya meraih hadiah Nobel Fisika 2002. Koshiba akhirnya bisa menunjukkan pada gurunya bahwa ia mampu belajar fisika! Luar biasa, kalau kita tetap pada sasaran, mestakung akan bekerja memberikan kita hasil-hasil yang luar biasa!
perjalanan harus di mulai
akhirnya blog baru harus juga dibuat. dengan alamat yang baru dan tampilan yang baru serta tema yang baru pula. blog lama ku http://adisatra.blogspot.com sekarang dah gak bisa diakses lagi dan serta isinya terancam lenyap karena blog ku dianggap spam :( .katanya sih masih bisa di-recovery jika aku segera membersihkan spamnya.. wah kagak ngarti ngebenerinnya #makanya sejak bulan oktober aku dah gak bisa nulis lagi di blog# tapi gak apalah.. yang penting sekarang dah ada. dan coba nulis lagi sebisa-bisanya
Subscribe to:
Posts (Atom)